Soko dan Tatal Haruan, Kuliner Langka Asal Tanah Laut

“Biasanya disajikan saat pesta pernikahan di kampung. Kalau warga bergotong-royong bikin tenda pernikahan, tuan rumah menyuguhkan Soko. Saat pesta pernikahannya, baru disuguhi Tatal Tumis Iwak Haruan,” kata Sirajuddin, seraya menambahkan kedua kuliner baru muncul saat pesta pernikahan warga kampung.

Setelah menyurvei ke-13 kabupaten/kota se-Kalsel, ia mengklaim belum ada kudapan sejenis di Kalimantan Selatan. Itu sebabnya, Sirajuddin berencana mengurus hak paten terhadap kedua kudapan berbahan dasar ketan itu. Kalaupun ada di Tanah Laut, ia cuma menemukan di Desa Penjaratan, Kecamatan Pelaihari; dan Desa Puringgit, Kecamatan Takisung. “Ini sudah langka,” ujar Sirajuddin.

Cara membuat bahan kudapan ketan ini sejatinya sama. Ketan mula-mula ditanak dengan campuran santan. Saat masih hangat, ketan kemudian dicetak ke dalam irisan bambu atau adonan. Namun, khusus Tatal Tumis Iwak Haruan mesti menambahkan kuah yang dimasak terpisah.

“Bumbu kuah iwak haruan, bahannya ikan haruan, santan kental, Lombok besar kering, bawang merah, bawang putih, dan ebi udang. Kalau bahan tumisnya, seperti jagung muda manis, papaya mentah, biji nangka, dan santan. Dimasak terpisah,” Sirajuddin melanjutkan.

Wakil Gubernur Kalimantan Selatan, Rudy Resnawan, mengatakan Festival Pasar Terapung 2017 sebagai wahana melestarikan potensi budaya dan kuliner asli Kalimantan Selatan. Lewat festival, Rudy berharap masyarakat makin mengenal aneka khasanah sekaligus menarik minat pelancong berkunjung ke Kalsel.

Festival Pasar Terapung digelar pada 25-30 Agustus 2017. “Mari bersama-sama lestarikan aneka potensi budaya lokal yang bisa menggerakkan pariwisata dan perekonomian di Kalsel,” ujar Rudy Resnawan.

Lihat juga...