Sensasi Soto Banjar di Tepi Sungai Martapura

SENIN 20 FEBRUARI 2017
BANJARMASIN—-Mesin tempel di buritan belakang perahu kelotok itu menderu sambil membelah Sungai Martapura. Menjelang siang, puluhan unit kelotok hilir mudik melintas di bawah jembatan Banua Anyar, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin.
Menu Soto Banjar plus sate ayam di warung Soto Banjar Bawah Jembatan.
Raungan mesin tempel dari hilir mudik perahu kelotok itu justru sensasi tambahan ketika Anda menyantap Soto Banjar di warung Soto Banjar Bawah Jembatan. Warung ini kebetulan berdiri tepat di bawah Jembatan Banua Anyar yang membelah Sungai Martapura.
                         
Pamor Soto Banjar sudah mencorong di tingkat nasional. Ratusan warung, depot, dan restoran yang menjajakan kuliner khas itu sudah banyak tersebar di segala sudut Kota Banjarmasin. Tak sulit mencari warung yang menawarkan menu Soto Banjar di Kota Banjarmasin. Harga jualnya pun bervariasi antara satu warung dengan warung lain.
Tapi, Anda bakal mendapat sensasi ketika menyantap Soto Banjar di warung Soto Banjar Bawah Jembatan. Pengelola menawarkan pengalaman unik menyantap Soto Banjar sambil melihat hilir mudik kelotok. Konsep semacam ini sejatinya memadukan kuliner khas sekaligus adat budaya masyarakat Banjar. Maklum, orang Banjar dahulu kerap memanfaatkan perahu sebagai penyikapan terhadap kondisi geografis. 
“Dulu kami menampilkan musik panting setiap hari Jumat. Tapi setelah pemainnya meninggal, kami enggak ada lagi musik panting di warung,” ujar pengelola warung itu, Thohir kepada Cendana News, Senin (20/2/2017). Musik panting yang dimaksud Thohir merupakan alat musik petik khas Kalimantan Selatan yang dimainkan berkelompok.
Menurut dia, ramuan umum resep Soto Banjar terdiri dari daging ayam, kaldu ayam, susu kental manis, bawang putih, bawang merah, lada, kapulaga, bubuk pala, garam, cengkeh, dan kayu manis. Daging ayam mula-mula mesti direbus dalam tempo dua jam agar empuk. Adapun bahan seperti bawang putih, bawang merah, lada, dan susu ditumis terpisah. Bahan dasar itu kemudian dicampur dalam air kaldu ayam yang dijadikan kuah Soto Banjar. Sebelum kuah matang, jangan lupa mencampurkan irisan cengkeh, kayu manis, garam, dan penyadap rasa.    
Namun, Thohir punya resep khusus ketika meracik Soto Banjar. Dia enggan menggunakan susu cair pada campuran kuah soto. Thohir mengganti komponen susu cair dengan sari kentang yang lebih dulu diblender. “Kuahnya enggak pakai susu agar lebih gurih,” ujar Thohir.
Itu sebabnya, Soto Banjar buatan Thohir tanpa tambahan perkedel ketika sudah ditiriskan. Rasa perkedel kentang sudah menyatu dalam kuah soto. Di luar racikan khusus itu, sajian Soto Banjar tetap menaburkan suwiran ayam ras, telur ayam, bawang goreng, daun seledri, dan separuh jeruk nipis.  
Untuk melengkapi kudapan Soto Banjar, pemilik warung biasanya menambahkan sate ayam. Lumeran bumbu kacang pada sate ayam menambah gurih kuliner Soto Banjar.
“Satu hari biasanya menghabiskan 20 ekor ayam atau minimal 100 porsi soto. Harganya Rp23 ribu per porsi, kalau sate Rp15 ribu per sepuluh tusuk,” Thohir menambahkan.
Soto Banjar Bawah Jembatan berdiri sejak 12 tahun lalu. Orang tua Thohir, H. Hanafi Amin dan Hj. Siti Suita yang merintis warung tersebut. Thohir lantas melanjutkan usaha  ketika orang tuanya sudah mangkat. Menurut dia, warungnya ramai pelanggan ketika tiba jam makan siang.
Selain Soto Banjar Bawah Jembatan, nama warung Soto Banjar yang sudah tersohor adalah Soto Bang Amat. Letak Soto Bang Amat juga di tepian Sungai Martapura. Adapula Soto Anang Ayam Bapukah, Soto Rina, dan warung Soto Banjar lainnya. Banyak alternatif pilihan di mana Anda mesti menyantap Soto Banjar di Kota Seribu Sungai.   
“Hari Sabtu dan Minggu yang banyak rombongan keluarga,” kata Thohir.
Seorang pelanggan Soto Banjar Bawah Jembatan, Matnur, mengatakan doyan menyantap Soto Banjar karena salah satu kuliner khas asal tanah Banjar. Tapi, ia tidak menyantap Soto Banjar saban hari. Biasanya kalau kepingin saja ke warung ini, suasananya nyaman saja,” kata Matnur.
Suasana warung di bawah jembatan. 
Jurnalis: Diananta P. Sumedi/Editor: Irvan Sjafari/Foto: Diananta P. Sumedi 
Lihat juga...