Nasu Manu likku, Rendangnya Suku Bugis

MAKASSAR — Bagi orang suku bugis terutama yang bermukim di daerah Sidrap dan Pare-pare sangat menyukai kuliner yang bernama nasu manu likku. Berbahan dasar ayam yang dicampur dengan bumbu rempah-rempah dasar dan parutan lengkuas ini memiliki cita rasa yang gurih.

Makanan ini sudah menjadi icon Sulsel terkhusus untuk wilayah Ajatapareng. Orang yang tinggal di Sidrap dan Pare-pare seringkali memasak Nasu manu likku ini, terkadang jika menyabut hari-hari besar menu ini akan dihadirkan di atas meja makan.

Nesu manu likku jika diartikan ke dalam bahasa indonesia artinya ayam yang dimasak lengkuas. Menurut Ona Mariona, mahasiswa magister Penelitian Evaluasi Pendidikan (PEP), menu ini jarang dijual di rumah-rumah makan dikarenakan prosek masaknya yang agak lama.

“Menu ini sudah jarang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maka dari itu kami diberi tema makanan tradisional dan kami memunculkan nasu manu likku ini,” ujar ona distandnya minggu (30/07/2017).

Hal senada diungkapkan oleh Singrawati Umar warga asli suku bugis ini, juga menceritakan bahwa dirinya masak Nasu manu likku ketika ada hari-hari besar keagamaan seperti hari pertama puasa dan lebaran.

Kuliner satu ini juga sering kali disebut dengan rendangnya suku bugis. Karena kuliner ini tidak berkuah dan hanya diselimuti kelapa yang dicampur dengan parutan lengkuas.

Menurut Singrawati Umar dirinya sering memasak nasu manu likku karena masakan itu tahan lama dan tidak mudah basi. Menu ini sudah ada sejak jaman-jaman kerajaan diSulsel.

Zainuddin Tika, budayawan dari gowa ini menjelaskan, Nasu manu likku sering dibawa oleh para saudagar suku bugis dalam merantau atau bepergian sebagai bekal.

Lihat juga...