Menuju Pilpres 2019, Ekonom : Ada Upaya Bersih-Bersih Neraca
JAKARTA — Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Berly Martawardaya menilai bahwa Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Rakyat (RAPBN) 2018 yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di depan DPR RI sehari menjelang Hari Kemerdekaan RI ke-72 terkesan lebih berhati-hati dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dalam RAPBN 2018, belanja ditargetkan mencapai Rp 2.204,4 triliun, tumbuh 3,3% dibandingkan APBNP 2017 yang sebesar Rp 2.133,3 triliun. Belanja RAPBN 2018 tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan pendapatan yang tumbuh 8,2% dari Rp 1.736,1 triliun dalam APBNP 2017 menjadi Rp 1.878,4 triliun.
“APBN tiga tahun terakhir terlalu ambisius, dan terbukti target pajak tidak pernah tercapai maka sekarang Pemerintah lebih berhati-hati,” kata Berly saat diskusi bertajuk “RAPBN 2017:Pertaruhan Kebijakan Fiskal Jokowi” di kantor INDEF Jakarta, Jumat (18/8/2017).
Menurut Berly, dalam RAPBN 2018, pertumbuhan alokasi belanja dan defisit, serta hutang pemerintah lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ini dinilai Berly, ada upaya bersih-bersih neraca, seperti perusahaan yang mau ‘go public’, utangnya dihapus, capital injection, dan lainnya.
“Sehingga siap ‘go public’. Ini upaya bersih-bersih sehingga di APBN 2019, hal-hal negatif sepertinya akan coba ditekan, demi menuju Pileg dan Pilpres 2019 agar semua aman,” ujar Berly.
Dikatakannya lagi, RAPBN 2018 memang ada sedikit perbaikan namun asumsi makro perlu disoroti terutama untuk pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan mencapai 5,4 persen memerlukan upaya besar untuk mencapainya.