Inovasi Petani Tanjungsari Tingkatkan Produktivitas Jeruk Siam

Penerapan pengelolaan irigasi yang bersumber dari sumur dangkal dilakukan oleh Sukarmin dengan membuat tandon untuk proses penyiraman saat musim kemarau. Ia menyebut tanpa adanya persediaan air yang cukup produktivitas jeruk siam miliknya bisa menurun sebab diakuinya rata rata pohon jeruk miliknya berbuah sebanyak 10-15 kilogram per pohon.

“Butuh penanganan yang lebih baik agar produktifitas buah jeruk yang saya hasilkan banyak karena pohon jeruk yang saya tanam berbuah setiap tahun,” kata Sukarmin.

Senada dengan Sukarmin, petani jeruk lainnya di Dusun Solo, Hendra, mengungkapkan akses infrastruktur jalan yang memadai membuat petani penanam jeruk bisa memangkas biaya operasional untuk distribusi. Selama ini dengan jalan yang cukup mulus dengan aspal hotmix para pedagang buah jeruk akan mendatangi kebun miliknya dengan sistem timbang di kebun.

“Kami buat kebun dengan akses jalan yang memungkinkan pembeli masuk ke kebun dan bagi pembeli perseorangan bisa wisata petik buah dan ditimbang,” ungkap Hendra.

Pemasaran yang masih terbuka lebar diakuinya bahkan masih terbatas memenuhi kebutuhan pedagang lokal ditambah buah buahan lain diantaranya semangka, nangka, pisang dan melon. Hendra dan pemilik kebun jeruk menyebut tidak perlu kuatir akan pemasaran sebab dengan harga Rp7 ribu per kilogram dan harga jual di pasaran Rp10 ribu perkilogram menguntungkan petani dan pedagang buah keliling dan pedangan minuman buah dengan bahan baku jeruk peras Siam Banyuwangi.

 

 

 

Lihat juga...