Inovasi Petani Tanjungsari Tingkatkan Produktivitas Jeruk Siam
Mengawali penanaman jeruk pada awal 2012 ia memulai dengan bibit sebanyak 100 batang yang dibelinya dengan harga Rp12.500 dari wilayah Pekalongan Kabupaten Lampung Timur serta sebagian dari Banyuwangi Jawa Timur.
Kemudian dia melakukan penambahan bibit pada tahun selanjutnya hingga kini dirinya memiliki sebanyak 500 tanaman jeruk Siam Banyuwangi.
Pada umur tiga tahun tanaman jeruk Siam Banyuwangi miliknya bahkan telah memproduksi rata rata 8 ton dengan harga jual Rp7 ribu ditingkat petani, dirinya rata rata memperoleh omzet sekitar Rp70 juta sekali panen dengan keuntungan bersih Rp45 juta.
Berlatih dari sang kakak dan sekaligus melakukan pengembangan secara otodidak Sukarmin menyebut masih melakukan pola penanaman dengan membuat guludan dan sistem pengairan menggunakan saluran tradisional selanjutnya melakukan instalasi pengairan dengan menggunakan pipa pvc untuk memudahkan penyiraman.
Jeruk siam hasil kebunnya bahkan terus dikembangkan dengan proses pemupukan menggunakan pupuk khusus jenis Mutiara,Phonska,ZA serta penambahan Petrofur dan penambahan pupuk kandang dan pupuk kompos.
Sebagai upaya pemanfaatan limbah pertanian jenis kelapa ia bahkan menggunakan sabut kelapa sebagai media untuk untuk pertumbuhan pohon jeruk siam Banyuwangi dengan tujuan menghindari pertumbuhan rumput sebagai gulma pengganggu sehingga mengurangi penggunaan pestisida.
Selain itu sabut kelapa yang sudah lama akan membusuk menjadi pupuk alami dari proses penguraian cocopeat yang berguna untuk pertumbuhan pohon jeruk Siam Banyuwangi.
“Efesiensi biaya penggunaan pupuk dan juga pestisida bisa dikurangi dengan pemanfaatan limbah pertanian dan saya melakukan pengolahan pupuk kompos dan kotoran ternak kambing yang saya ternak,” tutur Sukarmin.