Tiong Baleng, Tarian Syukur Kepada Leluhur Usai Panen
LARANTUKA — Sason Lureng sebuah sanggar yang ada di kampung Leworohok desa Lera Bolen kecamatan Titehena termasuk salah satu sanggar seni budaya yang pernah menjuarai festival seni budaya tingkat kabupaten Flores Timur tahun 2014.
Sanggar ini pun diutus mewakili kabupaten Flores Timur dalam pentas seni budaya di kabupaten Ngada guna mementaskan seni budaya Lamaholot ini kepada masyarakat dari berbagai daerah yang hadir menyaksikannya.
Bartolomeus Bala Hayon pendamping sanggar Sason Lureng kepada Cendana News usai pementasan mengatakan, tarian Tiong Baleng merupakan tarian asli masyarakat Leworohok.
Tarian ini jelas Bartolomeus, merupakan tarian syukuran usai panen karena lumbung dipenuhi hasil penen sehingga dilakukan upacara syukuran di kebun dan menari sepanjang malam yang biasanya melibatkan semua warga kampung.
Ucapan Syukur
Gerakan tarian ini hampir sama dengan tarian dolo-dolo, dimana para penari membentuk lingkaran dan dalam menari melakukan gerakan menghentakan kakinya maju dan mundur seraya berjalan memutar.
Para penari mengenakan kain sarung tenun ikat dan bertelanjang dada serta kaum perempuan pun mengenaikan kain sarung tenun ikat yang dipadukan dengan baju tangan panjang berwana hitam yang disulam dengan motif-motif khas Leworohok.
Laki-laki juga mengenakan ikat kepala semacam mahkota yang terbuat dari anyaman daun Gebang atau Enau berbentuk lingkaran dimana di sekelilingnya dipasangi bulu-bulu ayam serta di tangan memegang kayu panjang yang dilapisi bulu-bulu ayam.
Sementara itu para perempuan memegang sapu tangan di kedua tangan yang dikibaskan saat menggerakan tangan maju mundur mengikuti irama hentakan kaki dimana para penari memakai giring-giring di pergelangan kaki yang akan berbunyi saat kaki dihentakan ke tanah.
Menurut Bartolomeus, karena peserta dibatasi maka dalam membawakan tarian ini saat pentas seni budaya Titehena penarinya dibatasi 15 orang sehingga yang tampil hanya 12 laki-laki dan 3 perempuan saja.
Syair lagu yang dinyanyikan sebutnya, biasanya berceritera tentang ucapan syukur kepada para leluhur dan Lewotana atau kampung halaman dimana saat ditarikan di kebun syairnya mulai dinyanyikan di Hering Erak tempat pertama dilakukan ritual adat.
“Sesudah menari di tempat tersebut dilanjutkan dengan menari keliling lumbung baru terakhirnya di tempat lapang di kebun yang biasanya ditarikan semalam suntuk sambil tetap melantunkan lagu-lagu pujian dan ucapan syukur,” tuturnya.