Petani Kulonprogo Lestarikan Pertanian Tradisional Model Surjan
“Saya tidak tahu ini namanya sistim apa. Yang jelas, hampir semua petani disini menerapkan sistem pertanian seperti ini. Karena jika hanya menanam padi saja tidak akan bisa hidup. Sementara jika hanya menanam palawija saja, hasilnya kurang menguntungkan,” katanya belum lama ini.
Untuk membuat sistim ini petani biasanya membuat cerukan memanjang sedalam kurang lebih 50 centimeter dari permukaan tanah untuk menanam padi. Permukaan tanah dibuat model bedengan yang meninggi untuk menanam tanaman palawija. Petani biasanya juga membuat sejumlah sumur buatan sedalam kurang lebih 1 meter sebagai sumber pengairan tanaman palawija mereka.
“Dengam model seperti ini, petani lebih diuntungkan karena bisa mendapat hasil dari padi maupun dari palawija. Saya sendiri biasanya memilih jagung dan ketela untuk jenis tanaman palawija karena lebih mudah perawatannya,” ujarnya.
Dari lahan seluas kurang lebih 500 meter persegi, Sukimah mengaku bisa mendapat hasil padi sekitar satu kwintal padi dan satu kwintal jagung atau ketela. Salah satu kendala yang dihadapi petani umumnya adalah hama yang menyerang tanaman, baik wereng atau pun tikus. Untuk mengantisipasi hal itu biasanya petani melakukan penyemprotan pestisida maupun pembasmian hama secara manual.
“Semua kita lakukan secara swadaya. Untuk bantuan pemerintah sampai saat ini masih belum ada,” katanya.