Musim Kemarau, Petani Mulai Tanam Kacang Tanah
BANTUL – Memasuki musim tanam ketiga, sejumlah petani di Desa Patalan, Jetis, Bantul, mulai menanam tanaman palawija berupa kacang tanah, pada bulan Juli. Tanaman kacang tanah dipilih karena tanaman palawija ini dikenal tahan terhadap kondisi minim air serta hama penyakit. Memasuki musim kemarau, para petani di kawasan Bantul sisi selatan memang selalu menanam tanaman palawija, karena ketersediaan suplai air dari saluran air irigasi yang menipis.
Salah seorang petani asal Dusun Butuh, Patalan, Jetis, Bantul, Atik Kurnia, menuturkan, menanami lahan pertanian seluas 1200 meter persegi yang dikelolanya dengan kacang tanah. Dalam 1 lobang atau petak 10 meter persegi, ia membutuhkan sekitar 1 kilo bibit kacang tanah. Di sekitar kawasan Dusun Butuh, sedikitnya terdapat lahan pertanian seluas 17 hektar yang pada bulan Juli ini ditanami tanaman palawija berupa kacang tanah.

“Memang hasil panen kacang tanah paling menguntungkan dan tidak butuh banyak perawatan. Dari lahan 1200 meter persegi ini biasa dihasilkan sekitar 5 kuintal kacang tanah. Dengan harga jual Rp17 ribu per kilo untuk kacang brol dan Rp 30 ribu per kilo untuk yang sudah dikupas,” tuturnya, belum lama ini.
Dalam melakukan proses penanaman bibit kacang tanah, para petani di Desa Patalan, masih menerapkan sistem tradisional. Setelah sawah dibajak menggunakan traktor, para petani kemudian akan menanam biji kacang secara manual satu per satu. Biasanya kegiatan penanaman pertama dilakukan dengan bergotong royong secara bersama-sama ataupun membayar tenaga garapan.
“Kalau upah tenaga garapan biasanya Rp60 ribu untuk wanita dan Rp75 ribu untuk pria dalam sehari,” jelasnya.
Jauh dari budaya konsumerisme Barat, para petani di Dusun Butuh ini juga masih melestarikan kearifan lokal dengan membawa bekal makanan sendiri dari rumah. Memanfaatkan hasil kebun sendiri, mereka bersama-sama menyantap bekal makanan sambil beristirahat. Beralas tanah sawah, mereka begitu bersahaja serta penuh kekeluargaan menggarap sawah bersama.
Salah satu kendala yang dihadapi para petani dalam menanam kacang tanah ini adalah hama tikus yang masih banyak muncul. Para petani mengaku biasa mengatasi hal itu dengan memasang obat dan mengusir tikus secara manual. Sementara untuk mengantisipasi serangan hama penyakit petani rutin melakukan penyemprotan pestisida dan pemupukan secara teratur.
“Dalam satu minggu, bibit akan mulai tumbuh. Dalam kurun waktu 80-90 hari sudah panen,” jelasnya.
Meski terdapat lahan pertanian yang cukup luas, namun dikatakan kelompok tani yang ada di Desa Patalan kurang berjalan secara maksimal. Para petani pun mengaku mengolah lahan pertanian secara swadaya sesuai kemampuan masing-masing. Selama beberapa tahun terakhir perhatian pemerintah juga dirasakan hampir tidak ada.
“Kelompok tani ada, tapi tidak jalan. Semua kita lakukan secara swadaya. Tidak pernah ada bantuan baik pupuk atau alat pertanian seperti traktor dari pemerintah masuk ke sini,” ujarnya.