Moda Transportasi Laut di Wilayah Kepulauan NTT Perlu Pembenahan

“Masa beda dengan wilayah barat dalam hal pelayanan jumlah dan kapasitas armada yang cukup dan lancar. Padahal kondisi perairan laut di NTT akrab dengan gelombang tinggi dan akibat cuaca ektrem,” katanya.

Menurut Anwar Pua Geno kondisi itu harus serius dibenahi karena perjalanan seperti Kupang–Aiemere pergi dan pulang menghabiskan waktu dalam perjalanan sekitar 16-20 jam lebih aau sangat ditentukan oleh arus gelombang laut.

Memang pihak Perseroan Terbatas Fery Indonesia Cabang Kupang telah menyiasati berbagai kebijakan menghadapi kepadatan penumpang saat arus mudik dan arus balik, naum tetap saja terjadi kepadatan.

“Saat para pemudik itu kembali dari mudik Lebaran di kampung halaman dan menuju Kupang dan sekitarnya melewati 22 pelabuhan regional dan lokal di NTT diantaranya pelabuhan Aiemere, Pelabuhan Ipi Ende, Pelabuhan Lewoleba, Pelabuhan Waibalun Larantuka, Pelabuhan Ba’a, Pelabuhan Kalabahi dan Pelabuhan Seba, pasti terjadi kepadatan.

Apalagi saat itu (H+7) merupakan puncak arus balik di Pelabuhan Bolok Kupang dinilai wajar karena habisnya masa cuti bersama para pekerja terutama aparat sipil negera seperti PNS, TNI, Polri dan pekerja jasa pada BUMN, Perjan, Perum dan lainnya setelah libur dan cuti bersama selama sembilan hari lamanya.

Menurut dia, pada puncak arus balik lonjakan kendaraan yang diperkirakan masuk dari jalur Flores Timur, Lembata, Flores Tengah, Ba’a, Seba dan Kalabahi.

Sedangkan arus balik penumpang diperkirakan padat dari Pelabuhan Aimere, Ipi Ende, Waibalun dan Kalabahi, sehingga harusnya yang lain menunggu angkutan ekstra hari berikutnya, tetapi yang terjadi para penumpang memaksakan kehendak untuk menumpang sehingga pihak pengelola kapal sulit membendung. [Ant]

Lihat juga...