“Serangan hama yang terjadi pada masa tanam kali ini berasal dari atas, akibat pengaruh hama sundep, sementara dari bawah keong mas juga merusak tanaman padi dengan umur sekitar satu bulan ini,” terang Sukirno.
Kondisi serupa juga dialami oleh Paimin (46), pemilik setengah hektar tanaman padi varietas IR 64 yang berumur tiga puluh hari. Ia mendapat serangan hama keong mas atau dikenal dengan siput merah yang bertelur di petak petak sawah hingga ke rumpun tanaman padi muda miliknya. Sekali bertelur, keong mas bisa menghasilkan ribuan telur dan saat menetas keong muda menghabiskan batang dan daun padi yang ditanamnya.
Gumpalan telur berwarna merah tersebut harus sering dipantau dan rutin memantau setiap rumpun padi dan memungut telur keong, selanjutnya menghancurkannya dengan cara membakarnya, selain juga melakukan proses penyemprotan menggunakan pembasmi keong mas. Ia menyebut, serangan hama tersebut terjadi saat dirinya menyiapkan proses pemupukan kedua kalinya untuk menyuburkan tanaman padi berumur tiga puluh hari lebih.
“Cara manual menghilangkan hama keong mas memang dengan cara memunguti untuk dihancurkan atau jadi pakan bebek, karena kalau menggunakan cara memagar dengan plastik membutuhkan biaya cukup mahal”, terangnya.
Paimin pun terpaksa melakukan proses penyulaman dengan menggunakan benih padi baru untuk menghindari kerugian, karena pada petak-petak sawah terserang hama keong mas berimbas tanaman padi tidak memiliki daun, bahkan lama-lama membusuk. Cara lain ditempuh oleh Paimin dengan menggunakan daun pepaya dan talas sebagai umpan, sehingga keong mas mengumpul dan dengan mudah dipunguti.