PANGKALAN BUN — Kabupaten Kotawaringin Barat di Kalimantan Tengah, setahun terakhir mampu menjadi daerah berswasembada sapi potong dengan kemampuan memasarkan sapi untuk daerah lain, berkat suksesnya Program Integrasi Sawit-sapi.
“Populasi sapi potong meningkat rata-rata 35 persen per tahun dan setahun terakhir kebutuhan sapi potong 10 ekor per hari sudah dipenuhi peternak lokal, artinya kita sudah swasembada sapi potong,” kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Kotawaringin Barat M Rosihan Pribadi di Pangkalan Bun, Selasa (18/7/2017).
Ia menjelaskan populasi ternak sapi potong tumbuh dari sekitar 3.500 ekor pada tahun 2006 menjadi sekitar 17.200 pada akhir tahun 2016 atau tumbuh di atas 35 persen per tahun.
Bahkan, sapi potong dari hasil penggemukan sudah bisa dikirimkan ke daerah lain seperti Banjarmasin, Panglangkaraya dan Sampit.
“Dulu kita mendatangkan sapi potong dari Banjarmasin, sekarang justru terbalik,” katanya.
Hal senada diungkapkan Manager PT Sulung Ranch Dwi Hartanto di Desa Sulung, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat yang mengembangkan integrasi sawit-sapi sejak September 2013.
Dwi menjelaskan sebenarnya sejak tahun 2010, pakan ternak sapi yang ada sudah memanfaatkan bungkil sawit dan solit atau limbah industri minyak sawit.
Namun pada tahun 2013 itu dimulai grassing atau sistem pemeliharaan sapi yang digembalakan secara rotasi dari blok kebun sawit yang satu ke blok yang lain.
“Kawanan sapi itu memakan gulma dan rumput liar diantara pohon sawit sehingga mengurangi penggunaan herbisida dan menghilangkan biaya pakan hijauan,” katanya yang ditemui di Arut Selatan.