Ekosistem terumbu karang dengan luas lebih dari 60.000 km persegi (18 persen luas terumbu karang dunia), dengan lebih dari 2.500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis udang-udangan, dapat berkontribusi antara 976.000 ton sampai 1.037 juta ton ikan karang per tahunnya.
“Selain ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove yang tersebar di sepanjang pesisir pulau-pulau kecil juga sangat berperan,” katanya.
Ia mengatakan, dengan potensi sumber daya pesisir dan lautnya yang demikian besar, maka seyogyanya pengembangannya diarahkan pada peruntukan perikanan dan pariwisata (minawisata) bahari. Pengembangan minawisata bahari pada kawasan pulau-pulau kecil, lanjutnya, pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa lingkungan secara terpadu, untuk kegiatan perikanan dan pariwisata (minawisata) dengan melibatkan dan diakui oleh para pemangku kepentingan.
“Upaya tersebut untuk mendapatkan manfaat dari pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut yang terkandung dalam kawasan pulau kecil seoptimal mungkin dan berkelanjutan,” katanya.
Ia juga mengatakan, optimalisasi potensi berbasis minawisata bahari diharapkan dapat memenuhi dua fungsi utama kawasan pulau-pulau kecil, yakni sebagai penyedia sumber daya alam dan penyedia jasa pendukung kehidupan.
Dietriech menyarankan, agar kedua fungsi kawasan pulau-pulau kecil dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan, maka pemanfaatan dan pengembangan minawisata bahari harus dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan keserasian (kesesuaian) dan keseimbangan (daya dukungnya).