KAMIS, 13 APRIL 2017
YOGYAKARTA — Jejak Pemberdayaan Yayasan Damandiri — Sebagai kawasan padukuhan yang cukup ramai serta padat penduduk, dusun Mrisi, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul didominasi masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Tak sedikit warganya bekerja sebagai buruh tidak tetap, pedagang ataupun wirausaha.
Hal itu membuat padukuhan yang terletak tak jauh dari pabrik gula Madukismo ini, menjadi sasaran para rentenir, lintah darat atau bank plecit. Hampir setiap hari, sejumlah rentenir mendatangi kampung Mrisi untuk menagih cicilan para warga yang telah terjerat.
Tak jarang sejumlah warga yang tak sanggup membayar cicilan pun harus lari dan sembunyi untuk menghindari para rentenir, yang mendatangi rumah mereka.
Meski hingga saat ini belum sampai memberantas habis para rentenir, keberadaan program Tabur Puja Yayasan Damandiri paling tidak dapat menekan kebaradaan rentenir di dusun Mrisi. Hal tersebut diakui ketua koperasi simpan pinjam Tabur Puja dusun Mrisi yang dikelola Posdaya Teratai, Nanga Wulan Harti.
Ibu dua anak ini, mengatakan keberadaan para rentenir memang sudah ada sejak lama berkeliaran di dusunnya. Sejumlah warga yang terbujuk iming-iming rentenir, tak sedikit yang meminjam uang baik itu untuk menyambung kebutuhan sehari-hari ataupun modal usaha.
“Ada beberapa warga disini yang terjerat rentenir. Ya walaupun jumlahnya tidak banyak. Dari sekitar 900 KK, tidak lebih dari 100 warga yang memanfaatkan pinjaman rentenir. Biasanya karena terpengaruh tetangga sekitarnya. Jadi blok-blokan, di RT ini banyak, sementara di RT itu tidak ada,” katanya.
Adanya pinjaman rentenir sangat memberatkan warga. Bagaimana tidak, selain menerapkan bunga sangat tinggi, pembayaran cucilan juga mesti dilakukan setiap seminggu sekali. Sehingga warga pun seolah harus dikejar-kejar tagihan cicilan sehingga merasa terbebani dan justru tidak fokus mengembangkan usahanya.