Rumah Panggung Asli Lampung Kian Langka

Kayu-kayu penyangga, kusen-kusen pada plafon, geribik plafon yang masih bertahan, bahkan diingatnya diperbaiki sekitar puluhan tahun silam, saat ia masih muda. Herman juga mengungkapkan, secara umum bangunan berukuran 6 meter x 10 meter tersebut terdiri dari bagian depan, beranda, tengah dan belakang, serta bagian kolong. Meski sudah banyak warga lain yang membangun rumah dengan arsitektur modern, Herman mengaku tidak akan mengubah rumahnya tersebut dengan bentuk yang baru. “Jika saya memiliki rejeki, saya hanya akan mengganti beberapa bagian rumah ini dengan kayu yang baru, karena peninggalan leluhur ini terbukti masih cukup awet,” ungkap Herman.

Lelaki yang bekerja sebagai petani tersebut juga mengatakan, pada bagian kolong bawah yang dijadikan warung, diingatnya sempat menjadi kandang kerbau dan kerap menjadi tempatnya bermain saat kecil. Bagian kolong tersebut kini sebagian besar ditutup menggunakan geribik untuk disekat-sekat menjadi gudang penyimpanan gabah dan kayu, meski pada awalnya seluruhnya terbuka.

Meski sebagian sudah usang, dengan arsitektur yang masih seusai dengan bentuk aslinya, ia berharap Pemerintah memiliki perhatian dalam upaya melestarikan arsitektur rumah adat. Herman pun menyayangkan, adanya bantuan bedah rumah yang tidak menyentuh rumahnya, meski pada beberapa bagian rumahnya sudah reot dan genteng yang sudah mulai bocor.

Menurut Herman, salah-satu kendala dalam memperbaiki arsitektur rumah adat Lampung adalah sulitnya mencari jenis kayu yang sama dengan kayu asli pada bagian rumah. “Kalaupun ada, kami terpaksa mengganti dengan jenis kayu lain yang kualitasnya hampir sama, seperti jenis kayu jati, yang penting bentuk aslinya masih dipertahankan,” ungkap Herman.

Lihat juga...