“Namun tak bisa dikesampingkan satu faktor kerusakan terumbu karang justru diakibatkan ulah atau aktivitas wisatawan yang akhir-akhir ini tertarik dengan aktivitas bawah laut, tapi justru ikut menginjak terumbu karang. Ini salah-satu tugas Tamudika menyadarkan para wisatawan tersebut,” ungkap Benny.
Kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh ketidak-tahuan wisatawan itu, membuat Tamudika menyediakan jasa pendampingan wisata (tour guide), terutama bagi wisatawan yang akan melakukan aktivitas penyelaman di wilayah Lampung Selatan. Pendampingan dilakukan untuk memberi pemahaman, agar kegiatan wisata bawah laut lebih menjaga ekosistem yang ada, dengan tidak merusak baik sengaja atau tidak sengaja.
Pendampingan dimulai dari saat berangkat hingga proses snorkeling dan diving di spot-spot menyelam yang ada di Lampung Selatan, agar lingkungan terumbu karang terjaga keasliannya. Sementara itu, bentuk konservasi berkelanjutan dilakukan dengan melakukan penanaman terumbu karang yang telah ditransplantasi.
Berbagai diskusi dengan kalangan pelajar, mahasiswa, nelayan juga dilakukan organisasi Tamudika dalam even-even tertentu. Selain itu, peran aktif Tamudika dalam aktivitas kemasyarakatan, seperti even Festival Rajabasa, Festival Krakatau dengan membuat stand khusus untuk memperkenalkan adanya organisasi pecinta alam yang peduli pada kelestarian laut di Lampung. Beberapa alat penyelaman ditampilkan, berikut gambar-gambar bawah laut yang masih asli dengan terumbu karang yang belum mengalami kerusakan, serta sebagian wilayah perairan yang telah mengalami kerusakan terumbu karang.
Selain melakukan pemetaan wilayah rawa-rawa dekat perairan pantai yang menjadi habitat ikan tertentu, bebek langka serta ekosistem rawa yang banyak ditumbuhi oleh nipah dan mangrove, hingga kini beberapa tempat yang telah dipetakan memiliki spot menarik dengan terumbu karang terjaga baik, juga ada di wilayah Gunung Botak, Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Pulau Mengkudu, Pulau Sebuku kecil dan Pulau Sebuku Besar, khususnya di spot kapal karam, Pulau Sebesi, khususnya di Legoon Sawo, di Kepulauan Krakatau, khususnya di Legoon Cabe, Pulau Umang-Umang, Pulau Rimau Balak, Pulau Sekepol dan beberapa pulau kecil di Selat Sunda.