Turut pula dibentuk jajaran operasional Posbindu Bacang dengan Lies Priyanthi sebagai petugas KMS (Kartu Monitoring Sehat) dan Konseling, Ina Mariana sebagai petugas pantau-ukur Tinggi dan Berat Badan, Sulastri Widiawati sebagai petugas ukur tensi darah serta Budi Lestari, bendahara Posdaya Bacang sebagai petugas administrasi Posbindu Bacang.
Tepat 4 Februari 2017, Posbindu Bacang berusia satu tahun dan sudah melakukan pelayanan sosial kesehatan kepada masyarakat Srengseng Sawah dengan baik. Tapi masih terasa bagaimana jatuh-bangun merintis Posbindu sejak awal pendirian.
“ Merintis itu ibarat merintih, saya katakan demikian karena proses perjalanan awal Posbindu Bacang memang demikian,” sebut Ketua Posbindu, Rumiyanti.
Posbindu harus melewati tantangan dana penyediaan peralatan pendukung seperti alat ukur gula darah, asam urat dan kolesterol. Ditambah lagi alat tensi dan timbangan badan juga menjadi pekerjaan rumah bagi mereka di awal perjalanan Posbindu. Kebutuhan peralatan maupun perlengkapan coba dipenuhi dengan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia.
Alat timbang yang digunakan adalah peninggalan para mahasiswa Universitas Indonesia (UI) di Srengseng Sawah, alat tensi darah menggunakan milik pribadi Ketua Posdaya Bacang dan alat ukur kolesterol, asam urat, gula darah masih meminjam milik para mahasiswa UI. Ditambah alat ukur tinggi badan juga menggunakan alat seadanya.
Tantangan lain yang harus dihadapi adalah cara pandang sebagian warga akan pentingnya deteksi awal gangguan kesehatan masih terbilang buruk. Banyak diantara mereka kurang suka jika dianggap sakit dan merasa kegiatan Posbindu kurang efektif karena tidak menyediakan obat-obatan. Dengan sabar dan ulet, para pejuang kesehatan Posbindu Bacang melakukan edukasi menyeluruh dengan mengunjungi warga setempat dari rumah ke rumah. Seiring proses edukasi serta kegiatan rutin pelayanan kesehatan yang dilakukan, kelengkapan peralatan pendukung Posbindu juga mulai terpenuhi.