JAKARTA—Jejak Pemberdayaan Yayasan Damandiri — Pengabdian seorang wanita Indonesia tidak sebatas kepada suami dan keluarga saja, akan tetapi mampu menyentuh masyarakat secara umum. Sulit membayangkan, namun sudah terbukti di berbagai tempat. Salah satunya adalah Hj. Tuty Rohati, Ketua Posdaya Bacang RW02, Kelurahan Srengseng sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Hj. Tuty Rohati.
Perempuan kelahiran Bandung 30 Oktober 1959 ini menghabiskan masa kanak-kanak hingga dewasanya di wilayah RW02, Srengseng sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dia menikah dengan H.Neddy S pada 1981, dan dari pernikahannya dikaruniai tiga orang puteri dan satu orang putera. Dari keempat anaknya tersebut, pasangan Hj. Tuty Rohati dan H. Neddy sudah dikaruniai enam orang cucu.
Sejak aktif dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat awal 1991, Tuty memiliki perhatian yang sangat besar akan kemiskinan dan bagaimana masyarakat bisa hidup dengan aman serta nyaman. Di balik tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, begitu menurut Tuty Rohati. Karena itulah ia begitu aktif menggerakkan ibu-ibu PKK RW02 Srengseng Sawah untuk mendirikan Posyandu lansia dan balita. Namun masih ada ganjalan di dalam hatinya, bahwa kesehatan dan kenyamanan masyarakat harus ditunjang taraf hidup keluarga yang mencukupi.
“Tidak harus kaya raya, maksud saya adalah ekonomi dalam sebuah keluarga harus terus bergerak bagai roda pedati. Jika roda pedati bergerak cepat, maka akan semakin cepat pula pedati tersebut tiba di tempat tujuan. Jika ekonomi keluarga berjalan dengan semestinya, akan membantu sebuah keluarga mencapai tujuan taraf hidup yang diinginkan,” Tuty menuturkan filosofinya tentang ekonomi dan taraf hidup keluarga kepada Cendana News, Senin (30/01/2017).
Sejak suami Tuty Rohati yakni H. Neddy menjadi Ketua RW02 Srengseng sawah, ia kerap didatangi warga yang mengadukan nasib mereka akibat tekanan rentenir atau petugas bank keliling palsu. Di samping itu, ia juga menyaksikan bagaimana warganya bergulat dengan taraf hidup yang belum mencukupi setiap harinya. Atas dasar itulah ia mengambil sebuah keputusan penting dalam kehidupannya, yakni mendirikan Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya di wilayah RW02.
Mengajak Warga Memperbaiki Ekonomi Keluarga
Dukungan kuat datang dari sang suami berikut rekannya, Ibu Slamet dari Posdaya Sirsak. Akhirnya, pada 2014 berdirilah Posdaya Bacang di RW02 Srengseng sawah. Dengan dibantu seorang rekannya sesama penggiat Posyandu dan PKK RW02 yakni Rumiyanti, Tuty mulai menghimpun warga untuk maju bersama memperbaiki ekonomi keluarga demi menuju taraf hidup yang lebih baik ke depannya.
Langkah awal yang ditempuh adalah memasang spanduk melarang setiap rentenir atau petugas bank keliling palsu untuk masuk ke wilayah RW02 Srengseng sawah. Namun bagi warga yang sudah terlanjur mengambil pinjaman dari rentenir, Posdaya Bacang terus memberi edukasi bahwa tidak ada satupun keuntungan jika membina hubungan dengan rentenir atau sejenisnya. Sebuah keputusan berani bagi seorang wanita untuk melawan rentenir di tempat tersebut yang kabarnya sangat kasar dalam menangani warga yang terlambat mencicil.
“ Untuk apa takut jika saya berada di jalan yang benar,” tegas wanita berusia 58 tahun tersebut.
Selanjutnya, Tuty bersama rekan-rekan pengurus Posdaya Bacang mulai melakukan sosialisasi tentang Tabur Puja kepada warga RW02. Seleksi berupa wawancara dan kunjungan ke tempat usaha yang bersangkutan juga dilakukan oleh pengurus. Hasilnya adalah, 50 anggota di tahun pertama Tabur Puja Posdaya Bacang. Jumlah anggota terus bertambah seiring berjalannya waktu, dan Tuty mulai melaksanakan target ketiga, yakni memperkuat pemberdayaan kesehatan warga melalui Posyandu balita dan lansia.
Tuty bersyukur dengan kehadiran Yayasan Damandiri melalui Program Tabur Puja di lingkungan RW02 Srengseng sawah. Kehadiran Damandiri membawa banyak pencerahan bagi warga tentang bagaimana seharusnya sebuah kegiatan pemberdayaan itu dilakukan kepada masyarakat. Khususnya kewirausahaan, memberdayakan dengan memegang prinsip ‘membidik tepat sasaran agar efisien,” begitu istilah Tuty.
Tepat sasaran adalah bahwa Tabur Puja bisa jatuh ke tangan warga yang memang membutuhkan, jadi bukan sekedar membagi-bagikan uang sebanyak-banyaknya kepada masyarakat. Efisien adalah, bagaimana anggota bergotong royong dalam setiap kelompok Tanggung Renteng yang dibentuk. Setiap Penanggung-Jawab atau PJ mengkoordinir seluruh anggota dengan baik untuk memudahkan proses pencairan maupun pembayaran cicilan.
“Impian saya untuk mensejahterakan warga perlahan terwujud. Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu berdirinya Posdaya Bacang, dari rekan kerja sesama Ketua Posdaya, sahabat, warga, LPPM Universitas Pancasila, LPPM Universitas Trilogi dan tentunya Yayasan Damandiri yang tanpa keraguan memberikan kepercayaan kepada kami disini. Khususnya bagi para PJ kelompok serta anggota, penghargaan tertinggi untuk semuanya karena bisa aktif dengan baik serta penuh totalitas,” pungkas Tuty.
Sosok wanita yang berani memegang teguh prinsip serta menjadi pelindung sekaligus pengayom bagi masyarakat. Begitulah kesimpulan untuk Hj. Tuty Rohati, Ketua Posdaya Bacang, RW02 Srengseng sawah.
Tuty Rohati (kanan) dalam kegiatan Hari Kas Posdaya Bacang.