Merayakan Kebhinnekaan Bersama Para Sopir di Bandara Frans Seda Maumere

Pater Alek Jebadu, SVD, saat memberikan orasi kebangsaan di acara aksi seribu lilin dan doa bersama.

Agama Mengajarkan Kasih
Pater Alek Jebadu, SVD dalam orasi kebangsaannya mengingatkan segenap anak bangsa, Ibu Pertiwi yang dicintai bersama merupakan sebuah negara kesatuan yang dibangun dari beragam perbedaan. Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)  merupakan harga mati. Keduanya, kata pater Alek, ibarat kedua sisi dari mata uang yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Untuk itu marilah tetap bangkit, berdiri mempertahankan Pancasila dan NKRI.

Keberagaman kita, lanjutnya, merupakan fakta terperi sejak awal bangsa ini didirikan. Semua agama yang ada di Indonesia pada intinya mengajarkan nilai luhur yang sama yakni kasih, perdamaian, keadilan,  persaudaraan dan keselamatan abadi.

“Keberagamaan ini bukan merupakan rintangan bagi kita untuk hidup bersama, bersatu dan bersaudara sebagai satu bangsa dan satu tanah air Indonesia,” ujarnya.

Sebaliknya, keberagaman ini, tandas Pater Alek, bisa menjadi kekayaan yang menciptakan keindahan dan mempererat cinta, keadilan, damai dan peradaban bagi NKRI. Keberagaman ini diwarisi dari leluhur kita sejak ribuan tahun silam. Agama-agama asli setiap suku dengan seperangkat nilai suci yang diusungnya sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun di Indonesia. Agama Hindu dan Budha dibawa oleh pedagang dari India, agama Kristen oleh musafir Eropa, sementara Islam disemai pedagang dari mujarat India dan tanah Arab serta Konghucu disebarkan pedagang negeri Tirai Bambu Tiongkok.

Peserta aksi seribu lilin dan doa bersama bertajuk NKRI Harga Mati yang diselenggarakan para sopir travel bandara Frans Seda Maumere.

“Agama-agama ini mengajarkan kebaikan, kasih bukan kebencian, damai bukan perang, harmoni bukan konflik, keadilan bukan egoisme, persaudaraan bukan permusuhan,” tegasnya.

Lihat juga...