Mantan TKW di Singapura Mantap Tekuni Ternak Ayam Potong

SABTU, 17 DESEMBER 2016

LAMPUNG — Beberapa orang terlihat sibuk mengurus kandang, memotong ayam dan membersihkan bulu bulu ayam setelah melalui proses perebusan. Kesibukan tersebut merupakan kesibukan mingguan dan bahkan harian yang dialami oleh Yuliana (31) yang telah menekuni usaha ternak pembesaran ayam potong atau dikenal ayam pedaging sejak dua tahun terakhir. 
Proses pembersihan ayam potong yang telah dipesan
Yuli demikian ia dipanggil, menekuni usaha ternak ayam potong bersama sang suami Agus (32) yang sengaja membudidayakan ayam potong untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama yang akan memiliki hajat besar atau pesta saat menikahkan anak atau kegiatan lain yang memerlukan daging ayam dalam jumlah banyak. 
Yuliana memutuskan untuk melakukan usaha pembesaran ayam potong tersebut bersama sang suami setelah pulang dari luar negeri sebagai buruh migran di negeri orang. Seusai menikah dan memiliki anak laki laki yang kini berusia satu tahun ia mengaku mencari kesibukan yang bisa menghasilkan uang tanpa harus meninggalkan suami dan sang anak. Pilihan jatuh pada usaha pembesaran ayam potong di sebelah rumahnya yang berada di dekat areal persawahan sehingga tidak cukup mengganggu lingkungan dan usahanya tersebut bersifat transit karena proses pembesaran dari bibit hingga umur siap potong dibesarkan di wilayah lain.
“Usia ayam yang dikirim ke kami dari perusahaan pembesaran ayam besar biasanya sudah siap potong dan kami tampung sambil menunggu pembeli terutama pada musim musim menjelang liburan, acara besar di desa yang banyak membutuhkan ayam potong,”ungkap Yuliana saat ditemui Cendana News bersama sang suami Agus membersihkan ayam potong yang telah dipesan oleh warga yang akan memiliki acara pernikahan, Sabtu (17/12/2016).
Bukan tanpa alasan ia menekuni usaha tersebut sebab pengalaman hidup di luar negeri sebagai seorang tenaga kerja wanita yang bekerja di gedung gedung pencakar langit di negeri singa membuatnya awam dalam usaha ternak ayam. Namun berkat pengertian dari suami sekaligus menghindari keinginan kuatnya untuk kembali menjadi TKW ditambah dengan memiliki anak membuatnya mantap untuk membantu sang suami menekuni bisnis tersebut. Selain telah memiliki modal cukup dari menambung selama bertahun tahun mata uang dollar Singapura yang digunakan untuk berbisnis membuat usahanya semakin dikenal. 
Ia bahkan mengaku nyaris tak terpikir memiliki usaha ternak ayam setelah menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di negara tetangga Singapura hampir selama 15 tahun seusai dirinya lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kesibukannya tersebut seolah memupus harapannya untuk kembali bekerja di luar negeri yang diakuinya memberinya pundi pundi cukup banyak. Meski demikian pengabdian kepada sang suami dan anak menjadikan usaha ternak ayam tersebut masih bisa mendekatkan dirinya dengan keluarga tanpa meninggalkan rumah.
Pada tahap awal sekitar dua tahun lalu usaha ternak ayam tersebut masih mempergunakan lahan seluas beberapa puluh meter dengan jumlah ayam mencapai puluhan. Namun saat ini Yuli mengakui banyaknya pesanan dari masyarakat yang rata rata dikisaran 50-100 ekor dan terus bertambah jumlah pesanan seiring dengan semakin dikenalnya usaha yang dimilikinya. Pesanan tersebut diakuinya langsung diterima bersih siap diolah oleh pemilik hajat sehingga proses pemotongan dan pembersihan dilakukan di dekat kandang ayam miliknya.
Memiliki usaha ternak ayam diakuinya terkendala jumlah pasokan dan kenaikan harga yang bisa berubah sewaktu waktu bahkan dalam hitungan hari. Ia mengaku membeli ayam dari peternakan besar dengan kisaran harga Rp.20ribu untuk ukuran 1 kilogram dan dijual dengan kisaran Rp25ribu setelah ayam tersebut dipelihara di kandang miliknya selama beberapa pekan. Namun ia juga mengakui kendala kenaikan harga yang terus berubah membuat ia terkadang kesulitan menjual kepada konsumen.
“Kadang harga di pasaran mahal, pasokan susah namun konsumen maunya stok ayam ada sehingga kerap mengeluh namun tetap kami usahakan terpenuhi dengan memesan dari kabupaten lain diantaranya Kabupaten Pesawaran,”terang Yuli.
Ia mengakui jelang Natal 2016 dan Tahun baru 2017 ada beberapa faktor yang menyebabkan harga daging ayam, ayam utuh naik. Salah satu faktornya setelah liburan sekolah banyak keluarga memiliki acara keluarga diantaranya khitanan, menikahkan anak yang berimbas permintaan akan ayam meningkat. Kondisi tersebut juga berpengaruh pada harga yang saat ini dari harga Rp35ribu untuk ayam ukuran 1,5 kilogram bisa menjadi Rp45ribu untuk satu ekor ayam ukuran 1,5 kilogram. Harga bahkan dipastikan akan kembali naik mendekati Natal dan tahun baru dikisaran Rp.50ribu untuk ukuran 1,5 kilogram perekor.
Sebagai mantan tenaga kerja wanita, Yuliana mengaku pekerjaan di luar negeri sebagai perawat orang jompo telah memberinya modal banyak baik modal finansial maupun modal kehidupan. Ia mengaku keterbatsan lahan di Singapura membuat warga Singapura menjadi orang orang kreatif, bekerja keras sehingga saat pulang ia yang memiliki lahan sawah, kebun dan rumah dengan modal menabung selama bertahun tahun digunakan untuk berwiraswasta menjadi peternak ayam potong.
Kesuksesan sebagai tenaga kerja wanita yang pulang memiliki usaha diakui Yuliana merupakan sebuah perjuangan sebab dengan berwiraswasta dirinya tidak tergantung dengan orang lain. Selain itu kebutuhan akan ayam potong yang dipasok dari daerah lain membuat ketersediaan ayam potong saat permintaan meningkat bisa dipenuhinya dengan cepat. Memiliki omzet sekitar jutaan rupiah dalam sekali penjualan dan pemesanan membuatnya terus menekuni usaha tersebut bersama sang suami dan tetap berharap bisa mengembangkan usahanya lebih besar.
“Saya masih berpikir untuk kembali ke Singapura untuk mencari uang buat modal pengembangan usaha yang lain karena dengan usaha ternak ayam ini terbukti bisa menghidupi keluarga,”ungkapnya.
Ternak ayam milik Yuliana
Pengalaman sebagai tenaga kerja wanita bahkan membuatnya terus berusaha untuk membeli lahan yang lebih luas untuk pengembangan ternak ayam yang lebih banyak. Selain bisa memberi pekerjaan bagi keluarga, ia bahkan bisa merekrut beberapa pemuda untuk membantunya dalam pembersihan ayam pesanan dan juga perawatan kandang yang terkadang tak bisa ditanganinya sendiri. Selain memasok ke sejumlah warga yang memiliki hajat dirinya juga mengaku memasok ayam potong ke sejumlah pedagang di pasar,warung makan, tempat penjualan ayam penyet dan ayam goreng sehingga usahanya memiliki jejaring yang lebih luas.

Jurnalis : Henk Widi / Editor : ME. Bijo Dirajo / Foto : Henk Widi

Lihat juga...