Selama Ramadhan, Kuwadi Coba Peruntungan Berjualan Timun Suri

RABU, 8 JUNI 2016

LAMPUNG — Bulan Ramadhan menjadi berkah tersendiri bagi Kuwadi (30) dengan tingginya permintaan akan buah untuk campuran sirup serta pembuatan minuman segar untuk menu berbuka puasa. Sebagai salah satu pedagang makanan khas ramadhan timun suri, dirinya mencoba peruntungan dengan berkeliling menggunakan kendaraan bermotor. Dua rombong dari bambu disiapkan sebagai wadah saat berkeliling ke beberapa kecamatan di Lampung Selatan.
Wadi mengaku setiap bulan Ramadhan dirinya menyiapkan modal sebesar Rp200ribu untuk membeli timun suri dari sejumlah petani di wilayah Desa Sukatani Kecamatan Kalianda Lampung Selatan Pilihan berjualan dilakukan karena selama bulan puasa penjualan timun suri sebagai menu berbuka puasa meningkat dratis, tidak seperti hari-hari biasa.
“Saya biasa berjualan buah musiman kalau musim semangka saya keliling jualan semangka atau rambutan dan khusus Ramadhan saya keliling berjualan timun suri dan kolang kaling untuk pembuatan minuman segar buka puasa,”ungkap Kuwadi sembari melayani penjualan timun suri saat dikonfirmasi media Cendananews.com Rabu (8/6/2016).
Warga Dusun Karanganyar ini mengaku dalam sehari mampu menjual timun suri sebanyak 100 buah karena dirinya selalu membawa sekitar 200 buah berbagai ukuran dengan sistem penjualan berdasarkan ukuran. Timun suri dengan ukuran kecil dijualnya dengan harga Rp5.000,- ukuran sedang Rp8.000,- dan ukuran besar dijualnya dengan harga Rp10.000,-
Ia mengaku tidak menjual dengan sistem kiloan karena hanya menjual menggunakan kendaraan roda dua dan sengaja memilih timun suri untuk dijual dengan sistem satuan berdasarkan ukuran. Pembeli buah timun suri yang dilayaninya  ada untuk konsumsi sendiri dan juga pedagang es buah yang akan dipergunakan untuk menu buka puasa atau takjil.
Dirinya mengaku, sudah berjualan timun suri sejak empat tahun lalu sebelum waktu puasa dan selama bulan puasa. Sebab, berdasarkan pengalaman, pada saat puasa timun suri paling banyak dicari sehingga dirinya yang sehari hari bekerja sebagai tukang bangunan memilih berjualan timun suri.
“Dengan modal motor serta rombong saya keliling untuk berjualan. Enaknya memang karena sambil keliling saya bisa mendatangi konsumen langsung. Meski selama Ramadhan ini banyak penjual, saya tidak merasa tersaingi karena rejeki ada yang mengatur,” ucapnya.
Meski terlihat gampang lanjut Kuwadi, resiko berjualan juga besar. Yaitu kalau tidak laku timun akan membusuk sehingga ia merugi dalam jumlah cukup besar. Untuk mensiasatnya ia sebagai pengecer kecil biasanya membeli timun sesuai dengan kebutuhan dan memilih timun dalam kondisi setengah matang sehingga selama proses keliling tidak banyak yang membusuk.
Selain menjual timun suri yang memberinya keuntungan ratusan ribu rupiah,ia juga membawa serta barang dagangan berupa kolang kaling siap saji. Kolang kaling yang diolah dari buah aren tersebut dijual dengan sistem bungkusan seharga Rp2.500,- perbungkus. Kolang kaling dibawanya sebagai penawaran kepada pembeli yang membeli timun suri sebagai campuran pembuatan es buah.
[Henk Widi]
Lihat juga...