MINGGU, 15 MEI 2016
CATATAN JURNALIS—Peringatan Hari Pattimura ke – 199 (1817-2016), dipusatkan di Pulau Saparua Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku dikawal ketat aparat keamanan dari unsur TNI dan Polri, Sabtu 14 – Minggu 15 Mei 2016.

Pengamanan diperketat karena peringatan HUT Pattimura tahun-tahun sebelumnya sering terjadi perang parang antar peserta yang ikut upacara. Beruntung kali ini tidak terjadi pertumpahan darah.
Pantauan Cendana News menerangkan, pengambilan api obor Pattimura di Gunung Saniri petuanan Desa Tuhaha, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah.
Prosesi ini dihadiri Wakil Bupati Malteng, Marlatu L Leleury dan 40 tokoh pemuda dan tokoh adat utusan dari Desa/Negeri adat di Kecamatan Saparua dan Saparua Timur.
Tampak api digiring ke pantai Waisisil Desa Paperu untuk disemayamkan di lapangan Duurstede (Kawasan Benteng Duurstede), sebagai puncak HUT peringatan Hari Pattimura. Proses pengambilan api obor Pattimura berjalan dikawal aparat keamanan.
Minggu (15/5/2016), upacara peringatan dilaksanakan di lapangan Duurstede Saparua dipimpin Gubernur Maluku sebagai Upu Latu atau Kepala Adat Maluku.
Upacara dihadiri pejabat di Maluku Bupati dan jajaran masing-masing termasuk Masyarakat Saparua dan Saparua Timur serta para undangan lain.
Dalam proses adat peserta Cakalele yang ikut sambil menari dengan parang dan salawaku juga mengiris tubuh satu sama lain. Beruntung tidak terluka. Hal ini dimaknai para Kapitan adalah kekebalan.
Bela Maluku untuk Indonesia, Mereka Dibunuh
Para Kapitan Pattimura antara lain Thomas Matulessy, Said/Sayat Parentah, Philip Latumahina, Anthone Rhebok, Christina Martha Tiahahu. Berdasarkan berbagai sumber mengatakan, benteng Duurstede adalah bangunan tua peninggalan kolonial belanda. Pada (1676-1690) oleh Arnold de Vlaming van Oudshoor dan Nicolaas Schaghen yang menjabat Gubernur Ambonia, tentu pekerjanya tidak lain adalah rakyat Saparua. Letaknya kurang lebih 50 mil dari kota Ambon.
Diberi nama Duurstede oleh Gubernur Nicolaas Schagen sesuai dengan nama negeri kelahirannya di negeri Belanda. Fisik bangunan benteng ini di atas batu karang sekira 20 kaki.
Untuk naik ke benteng harus melalui 24 anak tangga dengan satu pintu masuk pada bagian depan. Depan benteng ada sebuah “sumur maut” karena ada beberapa serdadu Belanda yang mengambil air dari sumur ini mati dicegat pasukan Pattimura. Benteng ini terletak dikawasan pinggir pantai. Tampak di atas benteng dapat menikmati pemandangan yang indah dan laut Pulau Saparua.