SABTU, 19 MARET 2016
Jurnalis : Miechell Koagouw / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber Foto: Miechell Koagouw
JAKARTA TMII —- Sejak tahun 1989 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sudah selangkah didepan dalam hal pengadaan moda transportasi massal ramah lingkungan. Konsep alat transportasi yang dicetuskan Presiden kedua Republik Indonesia, HM Soeharto tersebut berhasil diterjemahkan dengan baik oleh seorang perancang teknis asal Brazil Oscar Coester, menjadi kereta bertenaga angin pertama di Indonesia bernama Aeromovel SHS-23 yang dipergunakan di Taman Mini Indonesia Indah sebagai angkutan wisata keliling.
| Titihan Samirono |
Karena menggunakan tenaga angin sebagai penggeraknya, maka Pak Harto memberi nama kendaraan ini Titihan Samirono (bahasa jawa ‘samirono’ : bergerak dengan tenaga angin). Dengan menggunakan Monorel setinggi 6 meter, memiliki kemampuan pacu 60 kilometer per jam, berdaya tampung kurang lebih 120 orang, maka Titihan Samirono bertugas membawa pengunjung TMII berkeliling area wisata tersebut sejauh 3,2 kilometer dengan kecepatan minimal 15-20 kilometer per jam.
Moda transportasi Aeromovel SHS-23 ‘Titihan Samirono’ merupakan sistem transportasi yang memiliki keunggulan dibanding sistem transportasi serupa yang digunakan atau sedang dikembangkan negara-negara di dunia, salah satunya Indonesia yang sedang bergelut dengan berlarut-larutnya proyek Monorel Pemprov DKI.
Sistem yang digunakan Titihan Samirono diilhami oleh prinsip gerak maju perahu layar yang mengandalkan tiupan angin di lautan lepas, kemudian dikembangkan menjadi sebuah cara jitu menggerakkan kereta menggunakan tenaga dorong-hisap udara.
Sejarah seharusnya memancing ranah kognitif manusia untuk lebih peka, responsif, serta kreatif, bukan malah mereduksi pemikiran manusia itu sendiri. Namun ternyata pemerintah di negara ini belum mau mengambil contoh dari sejarah terkait pembangunan Monorel. Titihan Samirono memiliki konsep sederhana, ramah lingkungan, serta tidak membutuhkan alokasi biaya terlalu besar. Memang ada anggapan bahwa Titihan Samirono hanya untuk angkutan wisata di ruang lingkup area kecil, namun biasanya belajarlah dari hal kecil, terlebihdahulu sebelum berjibaku menghadapi hal besar.
Satu hal yang membanggakan adalah walaupun penerjemah ide Pak Harto untuk Titihan Samirono adalah orang asing, namun pembuatan sekaligus penataan sistim komputerisasi dilakukan oleh anak-anak bangsa sendiri.
Akhirnya, Titihan Samirono mencoba memberikan pelajaran berharga bagi manusia indonesia sekarang ini bahwa apapun yang ingin dilakukan haruslah melalui perencanaan yang matang terlebihdahulu, bukannya penentuan biaya ya dikedepankan. Dan Titihan Samirono dalam kesederhanaannya berhasil menjadi contoh sebuah perencanaan matang moda transportasi Monorel pertama di Indonesia sekaligus moda transportasi bertenaga angin pertama yang dipergunakan masyarakat umum di Taman Mini Indonesia Indah.