SABTU, 26 MARET 2016
Jurnalis: Ebed De Rosary / Editor: ME. Bijo Dirajo / Sumber foto : Ebed De Rosary
LARANTUKA — Ritual menghantar patung Yesus di Salib yang tersimpan di dalam peti dari kapela Tuan Meninu menuju Armida Pohon Asam melewati laut, saat ini ramai diikuti peziarah. Bagaimana sejarahnya sehingga ritual ini penuh dengan kegembiraan dan melupakan kesakralannya? Berikut hasil penelusuran Cendana News.
![]() |
Prosesi laut menghantar patung Yesus Wafat di Salib dari depan kapela Tuan Meninu menuju Pantai Kuce Pohon Sirih |
Di sebelah timur kota Larantuka tepatnya di kelurahan Sarotari Tengah, lingkungan Kota Rowido, terdapat sebuah kapela bersejarah yang dikenal dengan nama Kapela Tuan Meninu (Kanak–Kanak Yesus). Di depan kapela Tuan Meninu, semenjak beberapa tahun lalu dibuat Taman Doa Tuan Meninu dimana terdapat sebuah gedung untuk menyimpan perlengkapan seperti Berok (sampan) dan alat dayung, tenda, kursi dan lainnya.
Juga di areal taman doa dibangun dermaga dengan beberapa anak tangga dan landasan yang landai untuk tempat sandar Berok. Di dalam kapela Tuan Meninu ini terdapat dua tori (tori besar dan tori kecil) tempat menyimpan Ornamento (patung-patung) tradisi. Di Tori Kecil Tuan Meninu ini disemayamakan Patung Tuan Meninu atau patung Kanak Yesus yang diimani oleh umat katolik Lingkungan Kota Rowido sebagai Pelindung dan kekuatan Nagi Tana.
Masyarakat kerap mengatakan bahwa patung yang dihantar saat prosesi laut merupakan patung Tuan Meninu. Hal ini tentunya salah besar sebab patung yang berada di dalam peti dan dihantar merupakan patung Tuhan Yesus Wafat di Salib. Memang patung tersebut berasal dari kapela Tuan Meninu dan Armida tempat patung tersebut diletakan di kelurahan Pohon Sirih juga bernama Armida Tuan Meninu.
Kapela Tuan Meninu di Kota Rowido Larantuka |
Bukan Tuan Meninu
Anton Thomas Fernandez, ketua lembaga pembangku adat suku Kinta Besa kepada Cendana News yang menemuinya, Kamis ( 24/3/2016 ) menyebutkan, umat Katolik salah menfasirkan dengan mengatakan bahwa patung Tuan Meninu yang diarak saat prosesi laut.
Patung Tuan Meninu sebut Thomas tetap tersimpan di dalam kapela Tuan Meninu dan patung tersebut hanya dikeluarkan saat menjelang malam Natal tanggal 24 Desember sore untuk dilakukan Muda Tuan (memandikan atau membersihkan) patung Tuan Meninu.
“ Jadi yang diarak lewat prosesi laut bukan patung Tuan Meninu, umat sering salah menafsirkannya “ ujar Anton
Anton yang memiliki hak menjunjung peti Yesus Wafat di Salib dari kapela Tuan Meninu menuju Berok (sampan) maupun dari Berok menuju Armida Tuan Meninu di Pohon Sirih menyebutkan, mungkin karena peti jenasah patung tersebut diambil dari kapela Tuan Meninu maka umat mengira peti terebut adalah peti Tuan Meninu.
![]() |
Peti Tuhan Yesus Wafat di Salib dijunjung dan diarak menuju Armida Pohon Asam |
Tori dalam Kapela
Sejarah Patung Tuan Meninu tidak bisa diungkapkan secara gamblang. Banyak orang tua yang jika ditanyai enggan menjawabnya karena “Pamali“ pantang atau tabu menurut mereka. Sakralnya patung Tuan Meninu membuat umatnya tetap percaya bahwa jika ada pantangan yang dilanggar maka akan terjadi malapetaka. Kejadian saat ritual prosesi laut tahun lalu ( 2014 ) terang Anton menjadi pertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Di dalam kapela Tuan Meninu jelas Romo Yos Lela Diaz,Pr yang juga menulis buku Devosi dan Tradisi di Kapela Tuan Meninu, saat berbincang bersama Cendana News, Kamis (24/3/2016 ) menyebutkan, terdapat dua Tori di dalam kapela Tuan Meninu yakni Tori kecil (berbentuk Tabernakel) yang dibuka setahun sekali oleh petugas khusus yang dilanjutkan dengan ritual “Muda Tua “ (upacara dimana patung Tuan Meninu dimandikan atau dibersihkan dengan air kelapa muda dari kelapa khusus pula).
“ Untuk ritual tersebut semua umat, datang berkumpul di kapela mengikuti upacara ini.Biasanya air bekas pembersihan patung Tuan Meninu dibagikan kepada umat karena diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit “ Romo Yos.
Disamping patung Tuan Meninu beber Romo Yos, tersimpan pula dalam Tori Besar patung Yesus Wafat di Salib yang juga setahun sekali dikeluarkan dari Tori Besar oleh petugas khusus untuk penyembahan dan penghormatan secara khusus oleh umat, permesa atau peziarah.
Patung ini pada hari Jumat Agung sebut Romo Yos, melalui upacara khusus dibawa keluar dari kapela Tuan Meninu untuk dihantar dalam suatu perarakan melalui “ Prosesi Laut ” ( istilah leluhur Persisan “Anta Tuan” ) ke pantai Kuce Pohon Sirih dan ditahtahkan di Armida Tuan Meninu.
Selain Patung Yesus Wafat di Salib, di Tori Besar Kapela Tuan Meninu tambah Romo Yos juga tersimpan juga patung Maria Deo Senyora (Maria Bunda Tuhan). Devosi khusus penghormatan-Nya yaitu selama bulan Oktober setiap tahun. Dahulu ditutup dengan prosesi keliling kampung Kota Rowido.
Dari zaman leluhur hingga kini, di kapela Tuan Meninu setiap tahun pada masa Pra Paskah dan Pekan Suci, umat katolik di lingkungan Kota Rowido melakukan doa, permesa atau promesa dan Cium Tuan. Acara khusus ini berawal sejak Rabu Abu, Jumad dan Sabtu dan dalam Pekan Pra Paskah hingga berakhir pada hari Minggu Alleluya ( minggu Paskah ).
“ Pada hari Jumat Agung umat peziarah dalam upacara khusus di kapela Tuan Meninu setelah melakukan doa, permesa dan cium tuan mengantar Patung Yesus Wafat di Salib melalui upacara prosesi laut atau bahari,“ terang Romo Yos.
Tamana Doa Tuan Meninu di depan Kapela Tuan Meninu |
Tepat Waktu
Ritual prosesi Anta Tuan atau saat ini disebut prosesi laut diawali dengan melakukan Jalan Salib jam 06 sampai 07 pagi di kapela Tuan Meninu. Sesudahnya sebut Anton, patung Tuhan Yesus Wafat di Salib diturunkan dari Tori. Jam 08 hingga 10 pagi tambah Thomas, umat diberikan kesempatan melakukan ritual Cium Tuan.
Selesai Cium Tuan, patung Tuhan Yesus Wafat di Salib disemayamkan di dalam peti setelah sebelumnya didahului dengan melantunkan lagu Laudate. Dilanjutkan Lamentasi oleh Konfreria dilanjutkan dengan doa dan bacaan Injil. Berikutnya renungan singkat yang disambung dengan nyanyian Ovos dan dilanjutkan dengan perarakan menuju ke Berok ( sampan ).
“ Umat yang mau mengikuti ritual hendaknya tepat waktu dan kapal yang mengangkut para peziarah paling lama jam 10 sudah berada di pantai Palo” pinta Anton.
Urutan perarakan jelas Anton pertama ditempati bendera, salib dan Toca baru setelahnya konfreria dan Santa Ana. Di belakangnya berjalan petugas yang menjunjung peti Tuhan Yesus Wafat di Salib dengan Mama – Mama Do. Setelah itu baru rombongan Mardomu diikuti pejabat pemerintahan dengan para promesa dan peziarah serta umat.