JUMAT, 18 MARET 2016
Jurnalis: Rianto Nudiansyah / Editor : ME. Bijo Dirajo / Sumber foto: Rianto Nudiansyah
BANDUNG — Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Luhut Binsar Panjaitan menilai narkoba menjadi masalah besar negara ini. Kurun waktu 2014 hingga 2015 terjadi peningkatan yang cukup drastis, bahkan menjadi lonjakan tertinggi sejak lima tahun terakhir.

“Kasus dari 2014 ke 2015 peningkatan pengguna sebanyak 13, 49 persen, itu peningkatan tertinggi sejak 5 tahun ke belakang. Nah ini menjadi masalah kita yang perlu diberantas,” ujar Luhut, di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Tamansari, Kota Bandung, Jumat (18/3/2016).
Dari data tahun 2015, pihaknya mencatat ada 5,9 juta jiwa yang menggunakan Narkoba. Namun dia menilai, bisa jadi jumlah sebenarnya lebih banyak daripada itu.
“Saya percaya angka ini jauh lebih besar dari data tersebut. Terus yang meninggal tiap hari gara-gara narkoba ini ada 30 sampai 50 orang,” ucapnya.
Diantara jenis narkoba, dia beberkan, pengguna sabu dan ectasy di Indonesia meningkat secara drastis. “Penggunaan sabu meningkat 350 persen, sementara ectasy 280 persen,” jelasnya.
Menurut dia, rehabilitasi bukan langkah paling jitu menekan angka pengguna narkoba di Indonesia. Seharusnya seluruh pihak bisa ikut memeranginya, karena ‘benda haram’ ini menyerang tak pilih-pilih mangsa. Artinya, tidak ada pangkat, tidak ada jabatan dan agama, semua bisa terkena pengaruh narkoba.
“Saya sempat pergi ke rehabilitasi center di (Singapura) saat masih menjadi Duta Besar. Saya lihat mereka yang direhab hampir sulit untuk sembuh normal, karena otaknya sudah rusak,” paparnya.
Lebih lanjut, Luhut pun prihatin pengguna narkoba kini sudah mengincar penghuni Pondok Pasantren, seperti yang terjadi di Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Dia mengimbau, masyarakat harus peka bahwa narkoba adalah masalah besar di Indonesia.
“Tiga minggu kemarin saya ke Jember, ada orang masuk pasantren nawarkan vitamin untuk zikir agar tidak tidur. Ini masalah yang kita hadapi sekarang, dan bukan hanya di Pesantren saja, tapi di semua tempat pasti ada,” bebernya.
Dia pun meminta setiap stakeholder jangan sampai mementingkan ego pribadinya, misalnya saling bertengkar hanya untuk mendapatkan jabatan.
“Kita harus sosialisasikan ke semua ke daerah, karena ini menjadi isu yang penting,” pungkasnya.