
CATATAN JURNALIS—Pada tahun 1972 Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mulai dibangun, tepat pada tanggal 20 April 1075 TMII diresmikan oleh Presiden RI ke-2, Soeharto. Ada amanat mendalam yang disampaikan oleh Pak Harto pada acara tersebut tentang hakekat pembangunan.
Menurut Pak Harto, hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu, disampaing pembangunan ekonomi, dalam kepemimpinannya, Indonesia terus membangun segi lain dari kehidupan masyarakat Indonesia yaitu Politik, Sosial, Budaya, Pendidikan, Mental dan sebagainya.
“Pembangunan manusia untuk kepentingan manusia” yang Pak Harto sampaikan, salah satunya adalah melalui TMII yang pendiriannya bermula dari ide cemerlang Ibu Tien. (Baca juga : TMII Wujud Pemahaman Tien Soeharto tentang Wawasan Nusantara)
Di kawasan TMII di sebelah utara Istana Anak-anak Indonesia, menghadap ke selatan, ke arah Museum Perangko Indonesia serta Museum Fauna Indonesia dan Taman Reptilia Komodo. Terdapat bangunan rumah penduduk Los Palos, terdiri atas sebuah bangunan pendukung. Bangunan utama disebut Uma Lautem atau Dagada, berupa rumah panggung dengan empat tiang tiga meter diatas permukaan tanah, berbentuk segi empat dengan atap ramping menjulang. Atas berlapis ijuk, berdinding kayu, dan dilengkapi banyak jendela yang berfungsi sebagai penerangan di siang hari. Aslinya, balok utama menggunakan kayu besi, sedangkan tiang menggunakan kayu eucalyptus yang diikat dengan tali dari rotan.
Di dalam uma latem, dipamerkan barang-barang khas Timor-timur berupa peraltan makan, busana adat, senjata tradisional, alat musik tradisional, hasil kerajinan, serta perlengkapan lain seperti anyaman dari daunt al, keramik atau manatutu, kain tenun khas Timor-timur (tais), serta aneka keong dari pulau Atauro. Disana juga dipajang foto-foto yang memperlihatkan keindahan alam, antara lain pantai pasir putih dan sebuah monumen berupa patung Kristus Raja dan foto-foto lain.
Bangunan pendukung uma latem berupa bangunan panggung kembar beratap bulat dan tidak berdinding. Kedua bangunan ini mengapit bangunan induk, berfungsi sebagai balai pertemuan adat, nemun di Museum Timor-timur digunakan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung. Bangunan pendukung lain, berupa panggung yang digunakan untuk pergelaran seni yang dapat digunakan oleh umum untuk acara-acara yang memerlukan pentas dan penonton duduk di lantai dasar uma lautem.
Bangunan tersebut adalah Anjungan Timor Timur yang dibangun diatas tanah seluas 4.988 m2. Anjungan Timor Timur ini dibangun pada tahun 1979 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1980. Anjungan ini pernah menerima kunjungan Perdana Menteri India, yang mulia Sanjiva Reddy beserta isteri pada tanggal 4 Desember 1981 dan berkenan melakukan penanaman pohon beringin persahabatan antar kedua Negara.
Setelah Timor Timur lepas dari Indonesia pada tahun 1999 dan berubah menjadi Timor Leste, maka anjungan Timor Timur dijadikan Museum Timor Leste, bukan “dibuang” dari TMII. Sekalipun Timor Leste (Timor Timur) bukan lagi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tetapi pengelola TMII sadar bahwa terlalu banyak romantisme antara Indonesia dan Timor Leste yang harus diketahui oleh generasi penerus bangsa, maka di bekas anjungan Timor Timur ini, seluruh pengunjung TMII tetap bisa menyaksikan bahwa Timor Leste pernah menjadi bagian dari NKRI. Pernah menjadi saudara sebangsa dan setanah air.
Dengan adanya Museum Timor Leste, diharapkan rasa cinta dan persaudaraan itu tetap terjaga sebagaimana Pak Harto yang selalu mengajarkan tentang pentingnya menjalin persahabatn dengan negara tetangga.
Ketika Taman Mini Indonesia Indah terwujud dan mampu menjadi salah satu sarana untuk mengejawantahkan hakekat pembangunan yang disampaikan oleh Pak Harto, maka itulah prestasi TMII dalam membangun manusia untuk kepentingan manusia, dulu hingga sekarang.
SELASA, 22 SEPTEMBER 2015
Penulis : Gani Khair
Foto : Dokumen TMII