![]() |
Salah satu korban tergelincirnya pesawat yang dilarikan ke Rumah Sakit Siti Rahmah, Padang. |
PADANG PARIAMAN — Penumpang Citilink QG970 Tujuan Jakarta – Padang yang tergelincir saat mendarat di Bandara Internasional Minangkabau merasa tidak mendapatkan perhatian serius dari pihak maskapai penerbangan dan bandara, seperti yang disebutkan Arman (50) warga Lubuk Buaya Kota Padang yang menumpangi pesawat.
Dia menyebutkan, saat dipesawat dia mendapatkan tempat duduk di samping pintu emergency pesawat. Dan sesaat pesawat berhenti setelah tergelincir, dia langsung membuka pintu evakuasi dan keluar dari pesawat melalui sayap..
“Saya langsung membuka pintu darurat dengan gemetar, saya langsung berlari di sayap pesawat yang telah mengeluarkan asap. Saya panik, hingga saya ada di sayap, seluncuran balon tersebut belum juga keluar,” ujar Arman yang masih gemetaran kepada Cendana News, Minggu (02/08/2015).
Ia yang berangkat sendirian dari Jakarta tidak akan menyangka mengalami kejadian itu. Saat masih didalam pesawat, ia menoleh ke sayap. Melihat percikan api, Arman langsung waspada dan memasang safety beltnya.
“Semua sudah panik, berteriak-teriak, tiga kali dentuman keras saya rasakan. Saya terpental-pental dengan keras sebanyak tiga kali, lalu saat benturan berhenti saya langsung membuka pintu darurat dan melompat ke sayap,” jelas Arman.
Setelah melompat ke sayap, ia menunggu seluncuran untuk menuju tanah. Karena jarak seluncuran dengan sayap pesawat agak jauh, ia melompat.
“Saya terpaksa melompat, perut saya sakit. Lalu kaki saya terkilir. Sampai tanah saya langsung berlarian menuju bandara ini dan keluar dari pintu itu,” ujarnya sembari memegang perut, kaki dan menunjukkan pintu tempat ia pertama kali masuk.
Ia mengaku bahwa ia tidak dihiraukan saat memasuki bandara. Tidak ada penyelamatan apapun, hingga ia mengambil bagasi, pihak bandara maupun maskapai penerbangannya hanya memberikan ia air mineral.
“Diacuhan se indak awak doh, (Saya tidak diperhatikan). Dengan baju basah kuyup, saya berlari-lari disini. Dan meminta pertolongan, namun tidak ada yang memperhatikan. Hingga saat semua penumpang sudah keluar pesawat, kami dibiarkan begitu saja, kami tidak diselamatkan,” gerutu Arman.
Menurutnya, ia hanya diberi air mineral, bahkan baju ganti tidak diberikan. Dia mendapatkan jaket sebagai pengganti baju basah dari salah seorang yang menunggu keluarganya di bandara.
“Ini jaket orang yang menunggu keluarganya, saya tidak ingat lagi siapa orangnya. Pihak bandara atau maskapai ini tidak bertanggung jawab. Sedangkan penumpang yang pesawatnya delay saja diperhatikan. Kami yang jadi korban malah diterlantarkan,” geram Arman.
MINGGU, 02 Agustus 2015
Jurnalis : Muslim Abdul Rahmad
Foto : Muslim Abdul Rahmad
Editor : ME. Bijo Dirajo