Akademisi Sebut SDM Dalam Negeri Belum Siap dan Pesimis Hadapi MEA

YOGYAKARTA — Dalam era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) nanti adalah terbukanya kesempatan kerja yang luas bagi warga Negara ASEAN. MEA, katanya, tidak hanya akan membuka arus perdagangan dan jasa. Namun, juga pasar tenaga kerja profesional seperti dokter, dosen, pengacara, akuntan, advokat dan lainnya sehingga persaingan di bursa kerja pun semakin meningkat.

“Sayangnya, hal itu tak diimbangi dengan kesiapan SDM di dalam negeri,”kata Ketua Program MM UMY, Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono dalam seminar dan gathering alumni dan mahasiswa pasca sarjana Program Magister Manajeman (MM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang diadakan di Ruang Konvensi Lantai 4 Gedung Pasca Sarjana UMY pada Sabtu (29/8), siang.

Prof. Heru memaparkan, hasil survei yang dilakukan The Boston Consulting Group tahun 2014 menunjukkan dalam persepsi Negara-negara ASEAN itu Indonesia adalah target utama dari ekspansi ekonomi. Sementara dalam survei yang sama pula, disebutkan Singapura, Malaysia dan Thailand adalah negara-negara yang paling optimis dengan MEA, sedangkan Indonesia termasuk yang tidak terlalu optimis.

“Ini didukung pula dengan penelitian mahasiswa Universitas Islam Indonesia, UII, yang menunjukkan pemuda Indonesia usia 18-25 tahun mengaku kurang siap menghadapi MEA dibandingkan pemuda Thailand”, tandas Prof. Heru.

Karena itu, lanjutnya, data survei tersebut menjadi sinyal penting bagi Indonesia untuk lebih fokus mempersiapkan SDM. Terlebih digambarkan kaum muda Indonesia usia 18-25 tahun relatif tidak terlalu optimis dalam menghadapi MEA.

“Maka, strategi SDM Indonesia harus melibatkan stakeholder. Tidak hanya pemerintah, namun juga asosiasi profesi, asosiasi yang berkaitan dengan usaha dan institusi pendidikan untuk mempersiapkan kapabilitas SDM dalam jangka yang sangat pendek maupun jangka yang lebih panjang”, jelasnya.

Lihat juga...