![]() |
Masjid Nurul Haq |
CENDANANEWS (Sawahlunto/Sumbar) – Disebuah kota yang memiliki slogan Kota Wisata Tambang yang Berbudaya di pulau Andalas hiduplah dengan rukun warga yang memiliki keragaman suku dan budaya seperti Minang, Batak, Jawa, hingga China. Dikota tersebut terdapat banyak peninggalan sejarah, mulai dari zaman Belanda, hingga Bapak Pembangunan.
Disudut kota yang saat ini bergerak dibidang pariwisata tambang, tepatnya di daerah Karang Anyer, Desa Santur Kecamatan Barangin Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Berdirih kokoh sebuah bangunan yang sangat berbeda dengan bangunan lainnya, atap bersusun tiga, bergaya Demak, halaman yang cukup luas dan berpagar besi. Di depannya tertulis Masjid Nurul Haq.
Saat CND mengunjungi Masjid berukuran 21 x 21 meter sangat terasa perbedaan dengan tempat ibadah umat muslim yang lainnya. dimana pada bangunan kubahnya berbetuk segitiga dan juga tanpa menara. Hanya sebuah bangunan tunggal yang di topang oleh tiang yang kokoh di setiap pinggirnya.
Saat memasuki kedalam, masjid terasa sangat lapang, karena tidak terlihat tonggak – tonggak penopang yang biasa ada ditengah ruangan. Dengan loteng yang tinggi serta berwarna putih menambah sejuknya udara didalam meski cuaca sangat panas di luar.
Ba’da Shalat Dzuhur, CND mencoba berkeliling didalam mesjid. Disana ditemukan sebuah prasasti yang bertuliskan:

Dari prasasti tersebut diketahui bangunan telah berusia 27 tahun dan tentunya telah banyak melewati waktu dan cuaca, tidak terkecuali perobahan gerak tanah yang telah membuat dinding dan lantai bangunan ini berubah.
Perubahan tersebut terdapat pada bagian masjid, dimana lantai yang mengalami perbedaan dan retak hingga mencapai 10 centimeter, dinding yang rengkah, hingga kaca yang berkurang. Namun demikian bangunan ini tetap kokoh.

Di masjid ini, banyak kegiatan masyarakat yang dilakukan, mulai dari pengajian, yasinan hingga remaja masjid dan taman pendidikan alquran demi mewujudkan cita-cita pembangunannya.
Alami banyak kerusakan akibat pergeseran tanah
![]() |
Jahidin |
Kerusakan akibat kontur tanah yang berjalan di daerah bekas tambang tersebut membuat lantai tidak rata sehingga menyulitkan jamaah untuk sujud. Meski tidak menyurutkan niat umat muslim untuk beribadah, namun yang mendapatkan posisi di tengah retakan merasakan kurang khusuk.
“Apalagi retakan pas di tulang kering, sangat terasa dan sedikit mengganggu khusuknya ibadah,”kata Wakil Ketua Pengurus Masjid Nurul Haq, Jahidin kepada CND, Kamis (2/7/2015).
Disebutkan, retakan dilantai sudah terjadi beberapa tahun belakangan, bahkan ada bagian lantai yag terbenam hingga 10 centimeter yang menyebabkan saf tersebut tidak dapat digunakan. Untuk mengurangi dampak, pihak pengurus masjid mencoba memperbaiki dengan dana dari sumbangan masyarakat.
Tidak hanya lantai, dinding dibagian belakang masjid juga terlihat miring, beberapa kaca sudah tidak ada, bahkan sebelumnya ada retakan di dinding sebelah kiri yang menganga selebar 3 jari orang dewasa.
“Kita coba tutup dengan semen seadanya,”kata Jahidin.

Secara keseluruhan, masjid terlihat kokoh dari luar, namun dibagian dalam terdapat beberapa kerusakan yang butuh perhatian.
Butuh Perbaikan
Melihat kondisi terkini tersebut, pengurus masjid sangat mengharapkan ada perbaikan dengan bantuan dari Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila (YAMP). Yang utama saat ini perbaikan dibeberapa titik.
“Lantai, saluran air dan teras. tiga hal tersebut sangat penting diperbaiki dan membutuhkan dana yang cukup besar,”katanya.


Namun ada beberapa kendala yang dihadapi oleh pengurus masjid. Dia mendapatkan informasi, bahwa untuk rehab masjid belum ada dana dari pihak YAMP.
“Informasi dari pengurus sebelumnya, dana tidak ada dari YAMP untuk perbaikan,”sebutnya.
Sementara itu, pihaknya sudah mencoba untuk mencari bantuan kepada pemerintah daerah, namun terkendala oleh status.
“Status masjid ini adalah yayasan, jadi pemerintah agak kesulitan dalam hal mengucurkan bantuan,”sebutnya.
Pengurus berharap ada perhatian untuk renovasi dan perbaikan hal yang dinilai urgent dari pengurus YAMP dan juga dari pemerintah, agar sumbangsih umat Islam Indonesia melalui Presiden kedua Republik Indonesia, HM Soeharto dapat terus bertahan dan digunakan untuk jangka waktu yang panjang.


Sekilas tentang Sawahlunto