Jelang Ramadhan, Umat Muslim Wates Laksanakan Tradisi Nyekar

Bunga yang digunakan untuk nyekar
KULON PROGO – Setiap menjelang bulan Ramadhan, banyak tradisi yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia. Salah satunya adalah berziarah ke makam keluarga atau nyekar. Selain mendoakan keluarga mereka yang telah tiada, tradisi nyekar juga dimanfaatkan untuk merawat dan membersihkan makam. Maka tidak heran, berbagai tempat pemakaman umum dipenuhi warga yang berziarah.
Menjelang Ramadhan tahun ini, beberapa tempat pemakaman umum di wilayah Wates Kulon Progo dan sekitarnya. Mulai di datangi warga yang melaksanakan tradisi ini. Seorang peziarah mengatakan, ia beserta keluarganya melaksanakan tradisi nyekar menjelang Ramadhan ini rutin setiap tahun.
“Ziarah dan Nyekar ke makam orangtua. Kalau mau menjelang bulan puasa kita kan harus ziarah. Yang penting nomor satukan orangtua dulu. Sudah biasa setiap tahun (ziarah) begini, nanti juga mau lebaran begini juga,” ujar Widodo (46) di wates, Kamis (11/6/2015).
Para ahli waris ini, datang dari berbagai tempat, ada yang datang dari luar Kota ada juga dari warga sekitar. Banyaknya warga yang datang untuk berziarah, membuat kunjungan ke tempat pemakaman umum meningkat dua kali lipat. Jika pada hari biasanya tempat pemakaman umum tampak sepi dari peziarah, kini mulai tampak di datangi,terlebih saat puasa tinggal 2-1 hari justru padat oleh peziarah yang datang.
Nyekar / Ngirim / Ziarah makam hanya satu dari sekian banyak tradisi masyarakat Indonesia khususnya umat Islam dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Selain makam keluarga, sebagian umat muslim ada pula yang berziarah ke makam para Wali dan pemuka agama Islam lainnya.
Ada pula umat muslim yang melakukan tradisi Ruwahan ataupun Nyadran bersama untuk menyambut Ramadhan. Berbagai tradisi yang patut dilestarikan ini, merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia sejak dulu. 
Tradisi yang menghargai tata krama, pengormatan kepada yang lebih tua, dan tanda bakti anak pada orang tua generasi sebelumnya. Semoga tradisi ini tetap ada, berjalan seiring dengan kemajuan jaman.
Tradisi seperti ini, dimanfaatkan oleh beberap warga,  untuk meraih keuntungan selama musim nyekar ini dengan berjualan bunga. Bunga yang biasa digunakan untuk ditaburkan di atas makam tersebut dijual dengan harga bervariasi. Dari hasil berjualan bunga tabur musiman ini, seorang pedagang bahkan bisa meraup keuntungan dari puluhan, hingga ratusan ribu Rupiah perhari.
Nur Singgih (34) salah seorang penjual bunga tabur musiman mengatakan, dalam berjualan bunga nyekar dirinya bisa mendapatakan keuntungan 100 hingga 200 ribu rupiah dalam sehari.
“Kalau laku ya enak lah jualan kembang itu, ada keuntungannya. Kalau modalnya 500 ribu dapat keuntungan 150-200 ribu,” Ujar warga dusun Tunjungan Pengasih ini.
Sehari hari Nur Singgih ini bersama Istrinya berjualan buah buhan di pasar Bendungan,selain sebagai makelar kendaraan.
“Ini hanya musiman,terlepas soal keuntungan,kita merasa senang menjual bunga tabur. Karena kita ikut membantu dalam pembeli kirim doa,kita bisa ikut dapat berkah nya” kata Nur singgih.
——————————————————-
Kamis, 11 Juni 2015
Jurnalis       : Mohammad Natsir
Fotografer : Mohammad Natsir
Editor         : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-
Lihat juga...