Petani Sawit PPU Kaltim Optimis Permintaan Pasar Meningkat

Kebun kelapa sawit di Balikpapan

CENDANANEWS (Balikpapan) – Anjloknya harga minyak dunia dan krisis ekonomi global membuat harga tandan buah segar (TBS) turun ke level Rp1.450 per Kg. Itu tren harga periode Januari-Maret. Padahal quartal IV tahun lalu, harga TBS berkisar Rp1.700 per Kg. Meski demikian petani Kepala Sawit meyakini permintaan sawit tetap tinggi meskipun harga jual kelapa sawit turun.
“Meskipun harga turun, kelapa sawit tetap paling kompetitif di dunia dibanding kompetitor seperti kedelai, jagung, kelapa yang juga menghasilkan minyak,” ungkap Akhmad Indradi petani sawit di kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) provinsi Kalimantan Timur, Sabtu (2/5/2015).
petani sawit di PPU Akhmad Indradi

Indra menerangkan, banyak hal yang mempengaruhi tapi dengan kondisi ekonomi dunia seperti sekarang bisa naik ke harga Rp1.600 per Kg sudah bagus. Ia memastikan meski kecenderungan harga sedang turun, petani tidak terlampau terbebani. 

“Soal harga yang fluktuatif itu wajar tapi kami berharap pabrik taat dengan harga yang ditetapkan bersama. Antara petani, pemerintah dan perusahaan pengolahan karena itu ditetapkan setiap bulan,” ujarnya.
Kendati harga melorot, Indra yakin permintaan akan tetap tinggi. Lagi pula sawit merupakan komoditas penghasil minyak tertinggi mencapai 5 ton per hektare per tahun. “Jadi sawit ini juga dipakai untuk pangan dan non pangan. Seperti bio desel, kosmetik dan sabun,” jabarnya yang mengaku memiliki lahan seluas 10 hektar ini.
Apkasi PPU merangkul 2.500 anggota dengan total lahan seluas 14 ribu hektare. Jumlah itu meningkat signifikan setiap tahunnya. Volume produksi mencapai 25 ribu ton per bulan. Rata-rata petani memiliki lahan seluas 4 hektare. Adapun target produksi tahun ini sebanyak 24 ribu ton per hektare per tahun. Meningkat dari tahun lalu yang mencapai 18 ribu ton per hektare per tahun.
Sayang, komoditas yang diklaim unggul ini belum mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat. “Jadi kebutuhan petani tidak dipenuhi pemerintah,” urainya. 
Meliputi tidak ada jaminan ketersediaan sarana produksi seperti benih dan pupuk, jaminan harga dan infrastruktur perkebunan. “Untuk benih dan pupuk tetap kami beli tapi yang jadi kendala pasokannya sering tidak ada,” pungkasnya. 

——————————————————-
Sabtu, 2 Mei 2015
Jurnalis : Ferry cahyanti
Fotografi : Ferry cahyanti
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-

Lihat juga...