Merosotnya Wisatawan Berdampak Langsung Pada Industri Kreatif Bali

Pengrajin sedang membuat batik Bali
CENDANANEWS (Denpasar) – Berkembangnya destinasi wisata di benua Asia yang menjadi saingan Bali, berdampak langsung kepada industri kecil di Pulau Dewata, salah satunya tenun batik ikat yang merasakan penurunan drastis.
Selain itu pergolakan ekonomi dan politik di tanah air, turut menghantam dunia wisata yang berdampak pada industri batik di Bali. Terutama untuk Art Shop yang memang menjaga kelangsungan hidup usahanya berdasarkan jumlah tamu yang datang dan berbelanja.
Pemilik salah satu Art Shop di Denpasar Bali, Kadek Sudiasa menyebutkan, saat ini pengunjung Art Shop Bidadari Batik sedang mengalami penurunan yang sangat signifikan. Banyak faktor yang menjadi penyebab turunnya jumlah pengunjung dan pembeli yang sudah terjadi sejak bulan February 2015.
“Penurunan jumlah pengunjung mencapai 50 persen dari biasanya,” ucap Kadek Sudiasa.
Beliau membuka data hasil penyelidikannya ke para tour guide serta perusahaan-perusahaan travel tourism, bahwa sekarang ini sedang terjadi pengalihan destinasi wisatawan. Banyak wisatawan yang mulai beralih ke destinasi lainnya, seperti : Maldeve, Australia, Thailand, dan Malaysia.
Ditambah lagi adanya peraturan dari Pemerintah China dan Taiwan terhadap warganya yang berkunjung kemanapun di luar negeri, agar tidak berbelanja dan membawa pulang belanjaan tersebut kembali ke negaranya. Semua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain, yang hasilnya sangat negatif bagi kelangsungan Art Shop serta kelangsungan industri batik di Bali.
Sebagai contoh, Seorang pengunjung berkewarganegaraan Taiwan bernama Molly Chen mengatakan baru saja berlibur selama dua minggu di Maldeve, dan mampir ke Bali khusus hanya melihat-lihat batik saja, nanti jika berminat dia akan menghubungi dari negaranya untuk pemesanan.
Cara penanganan dari masalah ini harus bersinergi dengan pelaku wisata, dalam hal ini tour agent dan tour guide. Di butuhkan Profesionalisme dalam menangani tamu dan tidak serampangan seperti layaknya kucing melihat daging. Hal ini bertujuan agar tamu nyaman dan nantinya akan kembali lagi untuk berlibur di Bali. Hal seperti inilah yang mulai terlupakan oleh para pelaku wisata.
Hal senada juga diungkapkan oleh seorang pembatik di lokasi tersebut yang bernama Ni Ketut Lasti yang sudah 18 tahun menjadi pembatik.
Dikatakan, berkembangnya industri pariwisata akan berjalan seiring dengan perkembangan industri-industri kecil tradisional, contohnya industri Batik. 
“Jika tidak ada pihak yang bisa menahan diri untuk melakukan perbaikan, maka kita semua akan hancur lebur bersama-sama, apa untungnya dengan keadaan seperti demikian?,” tutur Ni Ketut Lasti dengan berapi-api.
Inilah potret permasalahan yang sedang terjadi di negara kita. Fenomena industri batik yang ikut terguncang akibat merosotnya industri pariwisata. Semua harus bisa menemukan formula jitu untuk mengatasi permasalahan ini, agar dapat berjalan normal kembali dengan sesegera mungkin.
Lihat juga...