Mengais Rejeki di Pinggir Jalan Protokolpun Harus Pakai Ilmu

Pedagang Ikan Hias [Foto: CND]
CENDANANEWS (Denpasar) – Tak ada rotan akarpun jadi, tak dapat kerja berjualanpun jadi. mungkin ini yang menjadi filosofi dari pedagang kaki lima. Dengan berbekal sepeda motor keluaran tahun 2009, salah seorang pedagang membawa dagangannya ke jalan Sesetan, Denpasar, Bali. Pak Heri, begitu dia disapa, pedagang ini dikerumuni oleh murid-murid SD untuk membeli ikan mas yang dijajakannya.
Meski menjadi pedagang kaki lima, tidak menghalangi seseorang untuk belajar membaca situasi. Meski tidak menggunakan ijazah, pedagang kaki lima tetap menggunakan ilmu dalam usahanya, seperti diungkapkan oleh pak Heri. Dia menyebutkan, untuk berjualan ikan hias yang harus diperhatikan adalah selera dan warna kesukaan dari sipembeli.
“Kalau dagang ikan hias kita harus pandai memilih warna ikan yang dipajang agar menarik perhatian anak-anak,” kata bapak asal banyuwangi ini yang sudah menekuni profesinya sebagai penjaja ikan hias keliling selama 3 tahun.
Selain warna, Pak Heri juga membawa banyak sekali jenis ikan hias, dari ikan mas merah, mas kuning, sampai ikan lele dumbo berwarna putih yang masih seukuran kelingking anak kecil.
“Ada kepuasan tersendiri saat melihat anak-anak kecil main ikan,” ucapnya seraya menambah oksigen di kantong ikan dagangannya.
Setali tiga uang dengan Pak Heri, tidak jauh dari perempatan besar jalan sesetan ke arah Nusa Dua, kami bertemu Ibu Ruminah. Beliau menjajakan dagangan berupa gorengan, kopi, dan jajanan pasar lainnya. Untuk membuat dagangannya laku, si Ibu memasarkan dengan cara berkeliling.
“Untuk memasarkan dagangan saya harus keliling, karena jika hanya membuka lapak dipinggir jalan mana bisa cepat laku?,” ungkap Ibu dari enam anak dan empat cucu yang berasal dari Surabaya ini.
Dagangan Ibu Ruminah selalu ditunggu-tunggu oleh kuli bangunan, pekerja galian lepas yang mangkal di pinggir jalan, dan kadangkala beliau dipanggil oleh secutiry gedung-gedung di sepanjang jalan By Pass Ngurah Rai untuk minta di buatkan kopi atau sekedar membeli rokok.
“Kadang saya merasa capek, tapi begitu pulang sore hari dan lihat anak-anak dan cucu berkumpul di rumah, maka hilang semua rasa capek,” katanya sambil menyeka keringat di dahinya.
Potret Pak Heri dan Ibu Ruminah yang memberikan pelajaran berharga bagi kita semua. Bahwa dalam usaha butuh ilmu dan strategi. selain itu bekerjapun yang bisa mendatangkan kebahagian, yaitu berbahagia jika melihat orang lain bahagia. Dengan begitu, maka hidup ini tidak akan terasa begitu berat untuk dijalani.

———————————————————-
Rabu, 8 April 2015
Jurnalis : Miechell Koagouw
Editor   : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-

Lihat juga...