Masuki Usia 7 Tahun, Menara Siger Butuh Perhatian Lebih

Pengunjung sedang berfoto dengan latar Menara Siger

CENDANANEWS (Lampung) – Sebuah menara yang terlihat dari kejauhan, bahkan sebelum memasuki pelabuhan Bakauheni, penumpang kapal melihat dengan jelas dipuncak bukit gamping sebuah bangunan yang merupakan simbol dari mahkota adat Wanita Lampung.
Menara Siger, yang dibangun sejak tahun 2005 dan diresmikan pada 30 April 2008 tersebut dua hari lagi akan memasuki usianya yang ke-7 merupakan suatu kebanggaan masyarakat lampung yang banyak dikunjungi. Namun sayangnya kini di beberapa bagian benar benar sudah tak terawat bahkan rusak. 
Dari pantauan, beberapa fasilitas utama seperti area utama di bawah bangunan Menara Siger pintu pintu terbuat dari kaca sudah pecah dan kini diganti dengan papan triplek. Lantai bangunan beberapa diantaranya sudah terkelupas terutama di bagian dekat tugu ZERO atau tugu Nol Sumatera.
Salah seorang pengunjung menyebutkan, karena kurang terawat, fasilitas yang tersedia sudah tidak bisa digunakan lagi.
“Kami biasa menikmati sore di sini, tapi Menara Siger sudah tidak sebagus dulu, terutama jalan setapak sudah banyak yang retak, sehingga sudah tak bisa digunakan untuk berolahraga atau sekedar untuk jalan jalan,” ungkap Viviani (19) salah seorang warga Bakauheni yang mengaku sering berolahraga di Menara Siger.
Warga Bakauheni cenderung memanfaatkan area Menara Siger untuk melakukan olahraga, sebab area Menara Siger yang memiliki jalan setapak cocok untuk jogging, selain itu fasilitas lapangan futsal yang disiapkan pun makin dimintai oleh para pecinta olahraga tersebut. Fasilitas olahraga panjat dinding pun masih berdiri dengan kokoh meskipun jarang digunakan sehingga rumput rumput sulur mulai berada di areal tersebut.
Keindahan yang terlihat dari jauh akan membuat miris saat mendekat di area tugu Zero Sumatera. Tugu yang menyimbolkan tugu Nol di ujung Selatan Pulau Sumatera tersebut sudah dipenuhi dengan rumput di bagian lantai keramik dan beberapa bagian bangunan dipenuhi dengan coretan coretan tulisan oleh tangan tangan tak bertanggungjawab.

Taman bermain yang dipergunakan untuk anak anak dan ramai digunakan pada saat pergantian tahun baru pun kini sudah tak digunakan. Salah seorang pengelola Suhendri mengungkapkan keberadaan Menara Siger yang sekarang tetap menjadi destinasi yang masih banyak dikunjungi masyarakat.
“Meski di beberapa bagian sudah tak bisa disembunyikan kerusakannya karena benar benar terlihat mencolok, namun masih banyak yang datang ke tempat ini,” ujar Suhendri yang juga menjaga di pintu penjualan tiket.
Pengunjung dikenai tiket sebesar Rp10.000 untuk mobil dan Rp5.000 untuk kendaraan roda dua. Meskipun kini pengunjung tak bisa memasuki area dalam bangunan Menara Siger yang hanya dibuka pada saat saat tertentu.
Di bagian lain, salah satu daya tarik yang sebelumnya pernah digdang gadang sebagai daya tarik yakni jam Matahari pun kini sudah rusak. Beberapa angka jam Matahari tersebut lenyap sementara rumput rumput liar mulai memenuhi area sekitar jam matahari dan jarum penunjuk ke arah jam Matahari tersebut patah. Tak hanya itu tangga naik ke lokasi tersebut sudah hancur di beberapa bagian dan ditumbuhi semak semak.
Dilihat dari kejauhan, tampilan fisik Menara Siger yang berbentuk mahkota terdiri dari sembilan rangkaian yang melambangkan sembilan bahasa di Lampung tersebut menarik. Menara Siger berwarna kuning dan merah, mewakili warna emas dari topi adat pengantin wanita. Bangunan ini juga berhiaskan ukiran corak kain tapis khas Lampung. Payung tiga warna (putih-kuning-merah) menandai puncak menara.

Bahkan keindahan tersebut masih menjadi latar belakang menarik untuk berfoto foto terutama bagi yang sama sekali belum pernah berkunjung ke Menara Siger.
“Saya baru pertama kali ini datang di sini meski saya tinggal di Lampung Utara, karena kebetulan diajak kawan mau pulang ke Jakarta sekalian mampir dan berfoto foto di sini buat kenangan,” ujar Ahmad (24) yang terlihat berfoto foto bersama kawan kawannya. 
Namun Ahmad mengaku prihatin dengan kondisi beberapa fasiltas yang sudah rusak. Fasilitas gubuk gubuk yang sebelumnya pernah ada di sekitar menara Siger pun kini hanya tinggal pondasi sementara tulisan Giant letter LAMPUNG di sisi sebelah Selatan sudah roboh dan tak terlihat lagi.

Ia berharap pemerintah setempat bisa mengelola Menara Siger bukan hanya untuk mencari keuntungan semata namun bisa merawat fasilitas yang ada. Sebab menurut Bernard, Menara Siger tetap akan menjadi ikon bagi Provinsi Lampung terutama bagi masyarakat yang melintas melalui Pelabuhan Bakauheni.

———————————————
Selasa, 28 April 2015
Penulis : Henk Widi
Fotografer : Henk Widi
Editor : ME.Bijo Dirajo
———————————————

Lihat juga...