Perjuangan Para Tukang Ojek Jagung

Ojeq Jagung [Foto Cendananews – Hendricus Widiantoro]
CENDANANEWS– Hari masih pagi sekitar pukul 07:00 WIB tapi empat pemuda ini sudah mengecek kendaraan roda dua milik mereka. Dua diantaranya mengecek kondisi motor yang semuanya dimodifikasi dengan roda motor trail untuk melintasi kondisi jalan becek akibat hujan. Dua diantaranya terlihat asik menyeruput kopi ditemani pisang goreng yang disiapkan oleh pemilik rumah di Dusun Karang Anyar Desa Klaten Kecamatan Penengahan Provinsi Lampung. 
Hari ini Senin (9/3/2015) Sudirman (30), Shodik (24), Mahmud (25) dan Lian (26) mempersiapkan diri untuk melakukan aktifitas yang dikenal di desa tersebut dengan “manol jagung” atau “ojek jagung”. Pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan kendaaraan motor untuk mengangkut karung karung jagung dari lahan pemilik ke rumah pemilik. Istilah ojek jagung sudah dikenal di Desa Klaten sejak warga mulai banyak menanam tanaman hortikultura jenis jagung ini.
Usai menyeruput kopi,dan sarapan beberapa potong pisang goreng akhirnya para pengojek jagung tersebut berangkat dengan motornya secara beriringan. Salah seorang pengojek, Sudirman bahkan mengajak Cendananews.com untuk ikut ke lokasi lahan yang sudah dipanen dan akan diangkut jagungnya. Jarak rumah pemilik lahan yang bernama Kelik (40) dengan ladang jagungnya sekitar 1 kilometer. Musim penghujan membuat jalan berlubang, becek, penuh kubangan lumpur menjadi pemandangan biasa di jalanan kampung yang masih jalan lantasir tersebut.
Setelah satu kilometer melakukan perjalanan para pemuda tersebut akhirnya sampai di ladang jagung yang sudah dipanen. Jagung jagung yang sudah dipanen dari pohonnya diletakkan dalam ratusan karung karung yang akan dibawa oleh para pengojek. Kebun jagung milik Kelik memiliki luas sekitar 3 hektar dan dalam panen kali ini sekitar 400 karung jagung berhasil dipetik.
“Kami sudah sekitar dua hari ini mengangkut jagung sebab hanya berempat dan jumlah karung jagungnya cukup banyak jadi butuh waktu lama,” ungkap Shodik yang membawa tiga karung jagung di atas motornya.
Mereka saling bekerjasama menaikkan jagung di setiap motor pada karung ketiga sebab dua karung masing masing bisa diangkat sendirian, karung ketiga dinaikkan oleh rekan sesama pengojek saat pengojek sudah naik motor.
Setelah tiga karung jagung naik di atas motor, para pengojek bersiap berangkat ke rumah pemilik. Medan yang dilalui bukanlah jalan beraspal, melainkan jalan berbatu dan berlumpur bahkan melewati beberapa tanjakan dan jembatan yang sudah tak lagi layak dilintasi kendaraan. Itulah salah satu faktor yang membuat pengojek jagung menjadi harapan satu satunya pemilik lahan jagung.
“Jembatan yang ada tak bisa dilalui kendaraan roda empat, selain itu lebih sulit menggunakan mobil sampai ke lokasi maka jasa kami yang selalu dipakai,” ungkap Shodik.
Trik yang dilakukan para pengojek adalah berjalan beriringan sebanyak empat orang, tujuannya untuk saling membantu jika tiba tiba salah satu pengojek jatuh atau mengalami masalah di motornya. Bahkan meski berjalan beriringan para pengojek ini memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi di jalan yang becek tersebut layaknya para olahragawan motor cross.
Rodaroda dengan suspensi yang dimodifikasi untuk medan berat membuat kendaraan tak mengalami kesulitan untuk dikendarai. Butuh keahlian mengatasi jalan sulit dengan beban rata rata tiga karung jagung sekali angkut. Resiko yang dihadapi bahkan tabrakan, mesin motor tersangkut batu, rantai putus serta jatuh di tengah jalan yang mengakibatkan kerusakan di beberapa bagian motor.
“Resiko tersebut sudah kami perhitungkan bahkan setelah selesai aktifitas mengojek jagung kami sellau rutin ke bengkel yang kebetulan ada di dekat sini,” ujar Shodik.
Rasa lelah, kerusakan kecil pada motor setidaknya terbayar setelah para pengojek ini akan menerima bayaran dari jasa ojek jagung yang mereka lalukan. Sistem pegupahan yang diberikan selama ini berdasarkan kesepakatan antara pemilik lahan jagung dengan pengojek. Faktor jarak tempuh antara ladang dan rumah pemilik menjadi salah satu acuan, semakin jauh upah yang disepakati biasanya akan lebih tinggi.
Sudirman selaku yang paling senior diantara rekannya mengaku sudah menggeluti pekerjaan tersebut nyaris selama 4 tahun. Ia mengaku untuk jarak terjauh dalam satu kali angkut yang dinamakan “rit” ia mendapat upah Rp15.000,- per rit nya. Sementara untuk jarak dekat satu rit yang mengangkut tiga karung jagung rata rata ia dan rekan rekannya dibayar dengan kisaran Rp6.000,- hingga Rp.10.000,- per rit.
Dua hari ini di lahan jagung milik Kelik para pengojek mengaku dibayar Rp6.000,- per rit nya dengan asumsi jarak yang terbilang cukup dekat. Sudirman mengaku dalam sehari ia rata rata bisa mengangkut sebanyak sekitar 20 rit dengan penghasilan kotor Rp6.000,- x 20 rit= Rp120.000,-
“Kalau mau sih sehari bisa dapat lebih banyak tapi kenyataannya kami juga tetap istirahat, selalu berhenti sambil istirahat mengecek kondisi motor agar tetap layak jalan,” ujar Sudirman.
Berdasarkan pengalaman Sudirman dan kawan kawan sesama pengojek jagung, dalam sekali musim panen jagung mereka rata rata bisa mengumpulkan uang di atas Rp500.000,- bersih, uang tersebut sudah dikurangi dengan biaya perawatan motor, bensin yang dalam sehari mengangkut menghabiskan sekitar 3 liter dengan harga eceran di desa nya mencapai Rp 8.500,- per liter.
Sudirman, Shodik, Mahmud, Lian, hanyalah beberapa pemuda yang mengisi waktunya dengan mengojek jagung. Puluhan pengojek jagung lain yang berprofesi menjual jasa penmgangkut jagung pun banyak di Desa Karang Anyar tersebut. Apalagi pada bulan Maret ini ratusan hektar ladang jagung sedang memasuki masa panen.
Meskipun demikian tak semua pemilik ladang jagung menggunakan jasa mereka, sebab sebagian pemilik ladang jagung sudah menyiapkan alat pemipil jagung di ladang sehingga jagung diangkut menggunakan mobil tanpa dikarungi.
Pemilik ladang, Kelik mengaku sangat terbantu dengan adanya para pengojek jagung tersebut. Meskipun membayar dengan kesepakatan sebesar itu ia juga mengaku menyiapkan makan siang serta tetap memberi bonus jika hasil panennnya sedang bagus.
Kelik mengaku saat ini jagung yang ditanamnya mampu menghasilkan sebanyak sekitar 400 karung dalam luas lahan 3 hektar. Sebanyak 250 karung saja rata rata bisa dihasilkan sekitar 8 ton jagung pipilan.
“Tahun kemarin kami berhasil mendapatkan sekiar 480 karung dengan jagung pipilan yang kami peroleh sekitar 14 ton lebih tapi tahun ini varietas jagung yang kami tanam berbeda jadi agak susut,” ujar Kelik.
Kelik adalah salah satu pemilik lahan jagung yang terbilang sukses dan sudah dikenal para pengojek jagung. Ia bahkan sudah memiliki alat penggiling jagung sehingga jagung yang dijual ke pabrik besar sudah dalam bentuk jagung pipilan.
Kelik menaruh harapan besar kepada para pengojek jagung tersebut. Tanpa para pengojek jagung ia mengaku agak kesulitan sebab tak bisa menggunakan mobil karena akses jalan untuk mengangkut cukup sulit dengan jembatan yang tak bisa dilalui.
Sudirman dan kawan kawannya masih terus mengangkut jagung yang ada di ladang saat cendananews berpamitan kepada mereka. Semangat dan kegigihan para pengojek jagung tersebut cukup bisa diacungi jempol. Menggunakan kendaraan seadanya dengan melewati medan yang sulit untuk mengumpulkan lembar demi lembar rupiah untuk mewujudkan mimpi memenuhi kebutuhan hidup yang kian hari kian menghimpit.
“Lumayan mas bisa bantu bantu orang tua membeli beras dan sisanya kami tabung untuk membeli kendaraan motor yang lebih bagus,” ujar Sudirman sambil berpamitan ke arah kebun jagung.
Lihat juga...