Bukit Soeharto, Cendana dan Pelestarian Lingkungan
Bukit Soeharto, Cendana dan Pelestarian Lingkungan
Para pemuda Karang Taruna Badegan hendak menjadikan tempat itu sebagi tempat selfie-selfie dan cangkru’an (tempat nongrong). Tempat aktivitas ekonomi pemuda desa. Akan tetapi terkendala biaya. Tempat itu memang terletak di jalan provinsi. Penghubung Jawa Tengah dan Jawa Timur. Antara kabupaten Ponorogo dan Wonogiri. Banyak kendaraan lalu lalang. Sepanjang waktu.
Saya buka-buka dokumen. Ternyata Presiden Soeharto pernah meresmikan penghutanan kembali 2 juta ha lahan kritis Jawa Tengah dan Jawa Timur di tempat itu. Pada tahun 1978. Jika menilik tahunnya, mungkin bersamaan pula dengan peresmian pemugaran Kompleks Masjid dan Makam Kyai Hasan Besari.
Pesan whatshap itu saya teruskan kepada sejumlah pengurus Yayasan Damandiri. Yayasan yang didirikan Presiden Soeharto. Pada waktu itu Yayasan diketuai Mantan Menteri Koperasi (alm) Subiyakto Tjakrawerdaja. Tidak berselang lama, ustadz Edi Sujarwo memberi kabar kedatangan team survei dari Yayasan Damandiri. Desa Badegan hendak dijadikan salah satu program pengembangan Desa Mandiri Lestari (DCML). Bukit Soeharto yang dikelola Karang Taruna itu diberi dukungan untuk pengembangan.
Pada era itu, Yayasan Damandiri memiliki 14 Desa Binaan sebagai target pengembangan Desa mandiri Lestari (DCML) di seluruh Jawa. Ialah desa dengan potensi ekonomi yang tinggi, akan tetapi angka kemiskinan penduduknya masih banyak. Potensi ekonomi itu didukung pengembangannya dan diberikan pembinaan selama 3 tahun melalui wadah koperasi. Setelah 3 tahun diharapkan menjadi mandiri secara ekonomi. Semua penduduk desa tidak ada yang tidak memiliki penghasilan. Besarannya minimal UMR plus 20 persen. Itulah konsepnya.