Ribuan Masyarakat Padati Tradisi Budaya Suran Mbah Demang

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

YOGYAKARTA Cendana News — Ribuan masyarakat tumpah ruah menghadiri acara upacara adat Suran Mbah Demang yang digelar di Kalurahan Banyuraden, Gamping, Sleman, Jumat (05/08/2022) malam.

Dimeriahkan pawai prajurit bregodo rakyat, gunungan serta kirab ogoh-ogoh, tradisi Suran Mbah Demang ini untuk pertama kalinya kembali digelar setelah pandemi Covid-19 2 tahun terakhir.

Peserta pawai nampak memulai prosesi kirab dari Kantor Kalurahan Banyuraden lalu menuju Jl. Godean dan finish di Pendapa Ki Demang Tjokro Dikromo.

Pemangku adat setempat, Murdianto Murdo Puspito mengatakan, acara tradisi Suran Mbah Demang digelar setiap tahun, tepatnya pada malam ke 8 Bulan Suro (kalender Jawa).

Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2016, tradisi Suran Mbah Demang digelar untuk mengenang kedermawanan seorang tokoh Demang Demak Ijo, Tjokro Dikromo.

Beliau merupakan Demang yang diangkat sebagai Administraktur atau Kepala Pabrik Gula Demak Idjo oleh Mr Everwijn pada 1906 – 1924.

“Tradisi ini digelar untuk mendoakan Demang Cokro Dikromo. Awalnya dilakukan oleh anak cucunya, dengan jalan kaki dari rumah menuju pendapa. Disana mereka melakukan jamasan, suryan (cuci muka) menggunakan air sumur, serta doa bersama,” katanya.

Kebiasaan ini kemudian diikuti oleh warga masyarakat sekitar secara turun-temurun. Sekitar tahun 1996, tradisi ini mulai diramaikan dengan berbagai kegiatan seperti pawai bregada, gunungan hingga ogoh-ogoh.

“Tahun ini ada sebanyak 13 kelompok bregodo rakyat yang meramaikan acara ini. Mereka akan mengiringi sejumlah pusaka seperti Kitab, Bende serta pusaka dan foto Mbah Demang,” katanya.