Negara G20 Diminta Saling Buka Akses untuk Ciptakan Ketahanan Pangan

JAKARTA, Cendana News – Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, meminta antar negara G20 sepakat saling membuka akses pangan masing-masing.

Hal itu untuk membantu negara importir besar di dunia. Dalam hal pangan, yang terjadi saat ini adalah soal kenaikan harga secara tiba-tiba dan merugikan negara importir.

“Seharusnya ada kebijakan diantara negara G20 untuk mengantisipasi kenaikan harga yang merugikan terutama bagi negara berpenduduk besar,” katanya, Senin (4/4/2022).

Dicontohkan, harga gandum saat ini mengalami kenaikan akibat konflik Ukraina. Sehingga produksi gandum berkurang dan harganya melonjak. Sementara negara penghasil gandum lainnya juga tidak mau melepas produknya untuk ketahanan pangan negara lain.

“Ini yang harusnya ada kesepakatan diantara negara-negara anggota G20 sehingga stabilitas harga juga terjaga. Misalnya konsumsi dan impor tinggi di Indonesia, saya rasa harus ada kepastian soal itu sehingga harga relatif terjangkau,” ujarnya.

Tauhid juga menyarankan agar disekapati perihal Non Tariff Measures (NTMs) di antara negara G20. Menurutnya, standarisasi NTMs di antara negara G20 saat ini belum terjadi kesamaan.

“Menurut saya, misalnya NTMs dengan negara G20 harusnya ada yang bisa menjadi acuan. Sehingga tidak ada yang seenaknya negara-negara maju memerlukan NTMs untuk pangan sehingga kita tidak bisa ekspor dalam jumlah yang besar. Harus saling sinergi lah diantara negara G20 ini dalam hal pangan,” ucapnya.

Belum adanya kesepakatan soal NTMs kata Tauhid berdampak pada terhambatnya pemenuhan kebutuhan suplay pangan di negara importir. Ditegaskan, negara-negara yang memiliki cadangan pangan cukup diminta dengan sukarela membuka akses bagi negara lain terutama dalam kondisi krisis.

Lihat juga...