Belajar Toleransi Beragama dari Kampung Sawah Bekasi

Editor: Koko Triarko

BEKASI, Cendana News – Dentuman lonceng Gereja Pasundan mengiringi suara adzan dhuhur di Kampung Sawah, Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, menjadi hal yang biasa.

Hormat-menghormati antarumat berbeda agama sudah menjadi budaya di kawasan yang terkenal sebagai Segitiga Emas Kampung Sawah.

Saling memberi hadiah atau berbagi makanan di bulan Ramadhan juga menjadi hal yang biasa.

Dulu, banyak terjadi proses perkawinan lintas agama. Hal ini membuat masyarakat awal Kampung Sawah menjadi biasa dengan perbedaan agama. Banyak masyarakat di kampung ini yang anggota keluarganya berbeda agama.

Memasuki bulan suci Ramadhan seperti sekarang, praktik baik toleransi yang layak untuk menjadi pelajaran bagi seluruh umat beragama.

Wilayah Segitiga Emas, sebuah istilah untuk menyebut tiga tempat ibadah beda agama yang berdekatan dan berdampingan.

Tiga tempat ibadah tersebut adalah Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi, Gereja Kristen Pasundan (GKP) Kampung Sawah, dan Gereja St Servatius.

Masjid mewakili agama Islam, GKP mewakili Kristen Protestan, dan Gereja St Servatius mewakili Kristen Katholik.

Tidak ada yang istimewa dengan toleransi yang ada di Kampung Sawah ini sebenarnya.

“Saling menghormati antara sesama, meski beda keyakinan jadi hal biasa yang terjadi turun-temurun,” kata KH Rahmaddin Afif, Ketua Yayasan Pendidikan Fisabilillah (Yasfi), Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (6/4/2022).

Menurutnya, saling menghormati antarumat beragama contoh kecilnya seperti tanpa melihat ada yang merokok  di lingkungan Kampung Sawah. Hal itu demi menghormati umat muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa.

“Bahkan, tidak sedikit dari saudara kami yang beragama nonmusmilm mengantar makanan untuk buka bersama di Masjid Yasfi. Tapi, biasanya sudah terjadwal sehingga bisa untuk berbuka di masjid,” katanya.

Lihat juga...