Pakar: Pemanfaatan EBT di Indonesia Masih Banyak Hambatan

Editor: Koko Triarko

Indria mencontohkan hal tersebut telah terjadi di Inggris beberapa waktu silam.

Sinergitas ini penting dalam menciptakan faktor kedua, yakni perubahan paradigma.

Paradigma dalam industri energi fosil harus diubah, keuntungannya harus dapat dimanfaatkan untuk pengembangan EBT.

“Hal ini untuk menjawab tantangan utama pengembangan EBT, yakni biaya yang sangat mahal,” ujar alumni University of Birmingham itu.

Sementara faktor lain, lanjut Indria adalah terkait penjaminan partisipasi publik.

Indria menekankan, bahwa kunci sukses transisi EBT adalah partisipasi publik. Pasalnya, rata-rata sumber EBT di Indonesia berada di lokasi yang terpencil.

Sehingga, masyarakat sekitar penting untuk diikutsertakan dalam alur rencana pengembangan dari hulu hingga hilir.

Masyarakat harus memiliki peran yang kuat agar aktivitas pertambangan dan pengembangan EBT tidak merugikan mereka.

Terutama pada aspek keberlanjutan lingkungan dan kulturalnya.

“Masyarakat harus mendapat edukasi secara holistik terkait potensi dampak dan prospek dari proyek-proyek tersebut,” ujar lektor FH UNAIR itu.

Indria juga mengatakan, bahwa kepercayaan publik atas rencana proyek akan hadir bila terdapat jaminan terkait sistem yang aman.

Dari hal itu, akan terdapat keseimbangan dalam pengakomodiran stakeholders masyarakat, pemerintah, dan bisnis.

“Sederhananya, hukum harus melihat masyarakat sebagai subjek, bukan objek,” pungkasnya.

Lihat juga...