GONGGONGAN ANJING TETANGGA
Oleh: Prof. Dr. Bustami Rahman, M.Sc.
Anjing saya ini cepat tumbuh dengan baik dan mudah diajari bermacam-macam termasuk berburu ke hutan. Di sebagian tetangga juga memelihara anjing dengan tujuan yang sama. Para anjing ini jarang akur.
Masing-masing ada egonya juga. Sering berkelahi satu sama lain atau main keroyokan karena rebutan sesuatu. Para anjing juga sangat sering menggonggong. Ada yang menggonggong sendiri-sendiri, dan ada pula yang menggonggong bersama dan bersahut-sahutan.
Kami di kampung telah terbiasa mendengar gonggongan para anjing ini. Gonggongan anjing menjadi tanda atau isyarat tertentu.
Bisa jadi ada orang asing masuk kampung, atau hewan liar yang membahayakan mengancam perkampungan.
Suatu kali seekor ular sanca sebesar lingkaran paha sepanjang 7 meter masuk ke pekarangan rumah kami.
Gonggongan anjing kami memberi isyarat ada bahaya. Gonggongan itu juga mengundang para anjing yang lain berkumpul, bersatu membantu anjing kami menyerang sang ular, sehingga sang ular itu bisa ditangkap oleh penduduk.
Gonggongan anjing, meskipun anjing, di kampung kami bukanlah suara yang mengganggu. Para penduduk telah terbiasa dengan gonggongan anjing di pagi, siang dan malam hari.
Para penduduk yang tidak memiliki anjing juga merasa terbantu dengan adanya isyarat dari gonggongan para anjing tetangga. Jadi, maaf Pak Menteri, meskipun para anjing mengonggong di waktu bersamaan, kami waktu itu tidak terganggu sama sekali.
Sudah terbiasa dan justru terbantu untuk mengingatkan sesuatu yang alert kepada para penduduk. Entahlah, mengapa agaknya Pak Menteri ‘berani’ mencomot gonggongan anjing sebagai analogi. Mungkin ada alasan yang lain lagi. Wallahu’alam. (BR)