Alan Efhendi Pemuda Gunungkidul Sukses Berdayakan Warga Desa Melalui Aloe Vera

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

“Sebelum pandemi, tamu yang datang kesini bisa sampai 3-4 rombongan. Satu rombongan kadang mencapai 200 orang. Baik itu anak sekolah, mahasiswa, kelompok KWT, instansi pemerintah atau swasta. Hampir semua daerah di Jawa sudah pernah, bahkan ada yang dari Sumatera, Sulawesi, hingga mahasiswa Thailand,” ungkapnya.

Salah seorang warga setempat, Sukirah (49) asal RT 06 dusun Jeruk Legi, mengaku sangat terbantu perekonomiannya sejak adanya usaha budidaya dan pengolahan aloe vera yang dimotori Alan. Wanita paruh baya yang awalnya hanya ibu rumah tangga itu, kini mengaku bisa memiliki penghasilan sendiri tanpa harus mengandalkan pendapatan suaminya.

“Saat pertama kali diajak membudidayakan aloe vera, awalnya saya cuek dan tidak tertarik. Bahkan merasa aneh, kenapa tanaman seperti itu ditanam. Tapi, setelah membuktikan sendiri aloe vera bisa menghasilkan, saya baru percaya,” kata ibu dua anak itu sambil tertawa.

Pertama menamam 50 bibit aloe vera di pekarangan rumahnya menggunakan polibag, kini Sukirah mengaku telah memiliki ratusan tanaman aloe vera indukan. Selain menjual anakan hasil budidaya kepada para tamu yang berkunjung ke dusunnya, ia juga mengaku rutin memasok daging pelepah aloe vera mentah ke Alan.

“Sekali setor itu bisa sampai 30 kilo. Satu kilonya dihargai Rp2000-2500. Sedangkan untuk bibit, saya jual Rp3.000 hingga Rp5.000 per polibag. Kalau ada pesenan ke KTW, permintaan bibit bisa sampai ratusan polibag per bulan,” katanya.

Tak hanya menjual bibit dan dagingnya, Sukirah juga diajarkan untuk mengolah aloe vera menjadi produk olahan makanan. Ia mengaku memilih mengolah aloe vera menjadi keripik. Selain proses pembuatannya mudah dan banyak digemari anak muda, menurutnya olahan keripik aloe vera juga bisa bertahan lama hingga mencapai 5 bulan.

Lihat juga...