Potensi Usaha Penyulingan Minyak Atsiri di Ambon
Permintaan tidak hanya dari Ambon, tetapi juga dari luar Ambon seperti Makassar. Pun begitu dengan minyak atsiri dari nilam dan kayu putih.
Sejak beberapa tahun lalu, Yapi memutuskan untuk juga membudidayakan serai dan nilam di kebunnnya seluas tiga hektare.
Minyak atsiri dari nilam, perlahan juga menjadi primadona karena khasiatnya dipercaya bisa sebagai antiinflamasi atau peradangan. Minyak atsiri dari nilam digunakan untuk mengobati luka luar yang masih basah.
“Saat ini memang penggunaannya sebagai obat luar, karena belum ada penelitian dan izin BPOM sedang diurus,” timpal Yapi.
Yapi mengaku, sebenarnya ingin mengembangkan produknya dan menjualnya dengan merek sendiri. Serta bisa memasok produknya ke pertokoan di Ambon. Sayangnya, akses pengetahuan untuk memulainya terbatas. Selama ini, ia lebih banyak menjual secara curah. Kalaupun dikemas dalam botol kecil, hanya untuk skala pameran.
Namun, jejak mengikuti pelatihan dari pemerintah yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) pada pertengahan November 2021, jalan Yapi untuk mengembangkan produk usahanya mulai terbuka. Ia pun dibantu untuk mengurus perizinan dan mendaftarkan mereknya di Kemenkumham.
Selama ini, ia kesulitan menjualnya secara langsung karena tidak tahu dari mana harus mengurus perizinan dari Dinas Kesehatan dan pengujian di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) daerah. Jika perizinan sudah selesai diurus, Yapi menargetkan pemasaran produknya tidak hanya di toko-toko yang ada di Ambon, tetapi juga melirik pemasaran di e-commerce agar jangkauannya makin luas.
“Untuk pengembangan produknya, kami juga dibantu Universitas Pattimura yang melakukan riset pada minyak atsiri kami,” kata dia lagi.