Petani Lamsel Simpan Stok Gabah Kala Masa Panen Gadu

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Sisanya GKP dikeringkan untuk selanjutnya disimpan dalam bentuk GKG. Menyimpan gabah yang siap giling sebutnya akan digunakan untuk menyumbang kerabat yang hajatan, dijual dalam bentuk beras.

Menyimpan beras sebagai stok pangan sebut Waginem dilakukan petani sebagai kearifan lokal. Sebab sesuai perhitungan petani akan menanam padi pada awal tahun mendatang.

Stok GKG sebutnya sebagian akan menjadi bahan pangan untuk bisa dijual sewaktu-waktu dalam bentuk beras. Pada level petani ia menyebut per kilogram beras bisa dijual Rp7.000 hingga Rp8.500.

“Petani jarang membeli beras karena memiliki stok simpanan untuk menjaga ketahanan pangan keluarga,” ulasnya.

Petani lain bernama Sutinah di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan menyebut hasil panen disimpan. Ia menyebut sesuai tradisi sebagian warga memilih melakukan hajatan pernikahan saat selesai panen.

Sutinah, memanen padi saat masa panen gadu di Pasuruan, Penengahan, Lampung Selatan, Senin (18/10/2021) – Foto: Henk Widi

Cara tersebut bertujuan agar beras bisa diperoleh dari hasil panen. Warga memilih menyumbang dalam bentuk beras seberat 20 kilogram hingga 50 kilogram. Menyumbang beras sebutnya lebih efektif membantu sohibul hajat.

Kualitas beras kala masa tanam gadu diakui Sutinah lebih bagus. Beras lebih pulen, tidak mudah patah saat digiling, warna beras lebih putih bersih.

Berbeda dengan beras saat musim panen rendengan, beras kerap berkadar air tinggi. Saat panen rendengan dengan curah hujan tinggi padi bahkan kerap ambruk berimbas beras berwarna kecoklatan.

“Saat musim panen gadu petani memilih menyimpan hingga panen berikutnya agar ada stok gabah dan beras,” bebernya.

Lihat juga...