Penguatan Teknologi Miliki Aspek Penting dalam Mitigasi Bencana
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
Perlu juga dilakukan peningkatan kualifikasi alat sehingga mampu beradaptasi dengan fenomena alam yang lebih kompleks.
“Misalnya perlu dipertimbangkan untuk penggunaan teknologi sistem peringatan dini yang berbasis radar pantai yang berbasis gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi tsunami yang tak bergejala atau silent tsunami seperti yang pernah terjadi pada tahun 2018 silam,” imbuhnya.
Pemanfaatan teknologi dalam membangun mitigasi bencana juga ditekankan oleh Ketua Umum Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsI) Gegar S. Prasetya, MSc, PhD, yang menyatakan bahwa penggunaan teknologi dapat membantu memprediksi pergerakan Megathrust zona subduksi selatan Selat Sunda.
“Dengan simulasi ketinggian gelombang tsunami di atas 5 meter, terlihat dalam waktu 50 menit tsunami sudah mencapai hingga Cilegon dan menutupi semua Selat Sunda. Simulasi ini dapat dilakukan jika pengumpulan datanya lengkap. Semuanya dilakukan dengan teknologi,” kata Gegar dalam kesempatan yang sama.
Hal yang sama juga dapat dilakukan dengan potensi bencana akibat erupsi Krakatau.
“Dengan mendata perubahan bentuk fisik Krakatau, maka bisa kita perbandingkan pola gelombang yang terjadi berdasarkan erupsinya. Jika kita mau melihat potensi erupsi Krakatau di masa mendatang dengan membandingkan pada erupsi tahun 1883, tinggal dimasukkan data luasan gunung apinya dan akan terlihat, kalaupun terjadi erupsi maka tak akan sebesar di tahun 1883,” pungkasnya.