Penguatan Teknologi Miliki Aspek Penting dalam Mitigasi Bencana

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Peneliti Pusat Riset Kelautan, Dr. Marza Ihsan Marzuki, MT dalam FGD Mitigasi Bencana Pesisir, Rabu (27/10/2021) - Foto Ranny Supusepa

JAKARTA — Peneliti Pusat Riset Kelautan, Dr. Marza Ihsan Marzuki, MT menyatakan penguatan pemanfaatan teknologi dalam penanganan bencana sudah seharusnya dilakukan oleh Indonesia. Mengingat tanah air yang merupakan daerah rawan bencana, dengan teknologi dapat dikembangkan suatu prediksi atas bencana, yang memungkinkan untuk penyusunan kebijakan mitigasi dan adaptasinya.

Dikatakan, penguatan pemanfaatan teknologi dalam penanganan risiko bencana diharapkan mampu memberikan pertanda awal untuk menurunkan potensi negatif dari berlakunya fenomena alam.

“Pemanfaatan teknologi dalam penanganan risiko bencana di Selat Sunda dilakukan secara kolaborasi beberapa lembaga dan kementerian. Mulai dari sensor gempa bumi, water level dan tsunami radar oleh BMKG, tide gauge oleh BIG, BUOY oleh BPPT serta water level IDSL oleh KKP. Semuanya dilakukan untuk mendapatkan sinyal bahaya lebih awal dan memanfaatkannya untuk melakukan evakuasi,” kata Marza dalam FGD Mitigasi Bencana Pesisir, Rabu (27/10/2021).

Khusus untuk IDSL, Marza menyebutkan pengukuran dilakukan dengan dua cara. Yaitu akustik dan kamera.

“Data akan terkirim dengan dua cara. Untuk angka ketinggian permukaan air akan terkirim setiap 5 detik dan untuk kamera akan terkirim dalam tenggang waktu yang lebih lama dibandingkan pengiriman angka ketinggian permukaan air,” urainya.

Untuk memastikan bahwa setiap teknologi yang dipasang bisa memberikan hasil optimal, Marza menyebutkan semua sistem peringatan dini ini harus dievaluasi secara berkala.

“Tak hanya dinilai kehandalannya tapi juga perlu dilakukan penilaian ketahanan fisik alat dalam menghadapi gempa bumi, cuaca buruk, gelombang pasang hingga tsunami itu sendiri,” urainya lagi.

Lihat juga...