Mata Rantai Agribisnis Maksimalkan Potensi Buah Lokal Lampung
Editor: Makmun Hidayat
Keuntungan usaha agro sebut Hasanah memperhitungkan kondisi buah. Ia memilih menjual buah dengan keuntungan Rp2.000 hingga Rp3.000. Harga yang ditawarkan per kilogram mulai Rp10.000 hingga Rp15.000 cukup terjangkau. Sebab menjual buah segar dalam harga yang tidak terjangkau bisa terdampak buah tidak terjual. Risiko buah busuk tidak laku kerap dialaminya.
“Butuh strategi untuk menjual buah meski keuntungan kecil yang penting lancar,”ungkapnya.
Petani sekaligus pedagang buah durian, Dewi, menyebut potensi buah lokal bisa jadi peluang usaha. Berbagai jenis buah di wilayah Pekon Sedayu, Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus yang cukup dikenal berupa manggis, durian. Sebagian durian dijual pada lapak depan rumah hasil panen kebun miliknya sebagian dari petani lain. Usaha penjualan buah durian, manggis sebutnya bisa memberi omzet hingga ratusan ribu bahkan jutaan.
“Petani sebagian memilih memanen durian sistem tebas ke pengepul, sebagian dijual sendiri memaksimalkan keuntungan,” ulasnya.
Buah lokal asal Lampung sebutnya tidak kalah dengan durian asal Bengkulu dan Sumatera Selatan. Dewi menyebut melimpahnya buah durian membuat ia bisa menjualnya seharga Rp10.000 hingga Rp50.000. Buah dijual dalam ukuran kecil, sedang hingga besar. Buah durian asal Tanggamus sebutnya sebagian dikirim ke Bandar Lampung memberi peluang usaha musiman sejumlah pedagang.
Pasokan buah lokal ke wilayah Bandar Lampung jenis salak pondoh juga dipasok Ego Kurnianto. Warga Desa Sungai Langka, Pesawaran itu mengaku bisa memasok berkuintal kuintal salak pondoh. Pada level petani salak dijual seharga Rp10.000 dan dijual ke konsumen seharga Rp15.000 per kilogram. Pasokan buah lokal asal Lampung sebutnya ikut memberi kesejahteraan petani dan pelaku agro bisnis.