Selain itu, lanjut dia, ada juga sensor kimia untuk mengetahui apakah ada kandungan alkohol dalam sebuah produk makanan, kemudian di bidang kesehatan mengembangkan smart pads, yakni pembalut wanita yang dipasangi sensor sehingga kalau dipakai bisa menunjukkan kadar kreatinin penggunanya.
Sementara untuk kaum pria, dibentuk mirip alat tes kehamilan yang pemakaiannya dicelupkan ke urine, sehingga dengan sensor tersebut pasien tidak perlu tes dengan cara mengambil sampel darah.
“Untuk saat ini, penelitian yang saya lakukan adalah lab on tip, di mana kita memasang sensor tertentu di ujung pipet sehingga seorang peneliti bisa mengetahui kandungan bahan yang ditelitinya dengan segera,” ujarnya.
Ia mencontohkan, misalnya saja alat itu bisa dipakai peneliti yang ingin mengetahui kandungan pestisida dalam sayur atau buah, begitu dicelupkan di sampel yang sudah disiapkan, maka sensor yang ada di ujung pipet akan memberikan informasi apakah ada kandungan pestisida atau tidak tanpa harus membawanya ke laboratorium, sehingga praktis.
Secara berkala, Stanford University menggelar pemeringkatan ilmuwan yang dinilai memiliki pengaruh di dunia melalui publikasi ilmiah bertajuk Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standarized Citation Indicators.
Pemeringkatan dibuat berdasarkan jumlah sitasi publikasi atas karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan di jurnal bereputasi tingkat dunia, sehingga makin banyak peneliti yang merujuk kepada penelitiannya, maka artinya penelitian yang dilakukan ilmuwan itu dinilai memberikan dampak luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam publikasi ilmiah tersebut, Stanford University mencatat ada 159.648 ilmuwan dari berbagai negara yang dianggap berpengaruh di dunia.