PPKM Level 3, Ini Keluhan Pedagang Asongan di Terminal Rambutan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Menurutnya, pemberlakuan PPKM membuat aktivitas terminal maupun bus juga dibatasi. Kondisi itu membuat omzet penjualan menurun secara drastis.

“Omzet merosot 50 persenan, memang sepi penumpang dalam bus maupun di terminal tempat kita berjualan ini,” tukasnya.

Sebelum PPKM, dikatakan dia, para pedagang asongan mampu meraup omzet yang didapat kurang lebih Rp 100 ribu per hari.

“Sekarang mah pulang nggak bawa uang, malahan uang yang ada habis untuk mencukupi kebutuhan rumah dan ongkos angkot ke sini,” ujar Joko.

Maka tidak heran kalau banyak pedagang asongan yang beralih profesi menjadi pekerja serabutan. “Ada yang jadi buruh bangunan, ya seperti saya ini. Karena kalau ngandelin dari jualan, dapur nggak ngebul, kontrakan nggak kebayar,” ujar Usep (38).

Usep mengaku sejak PPKM Darurat tidak lagi berjualan setiap hari, apalagi penumpang sepi. Dia pun berpikir lebih baik cari kerjaan sementara untuk memperlancar pendapatannya.

“Saya 20 kotak dagangan kelengkeng seringnya nggak habis. Kalau ada yang ngajak kerja bangunan, saya nggak jualan mending nukang lumayan sehari Rp 100 ribu dapat makan lagi,” ujarnya.

Mereka berharap pandemi Covid-19 segera berakhir agar suasana Terminal Kampung Rambutan kembali normal ramai penumpang. Pedagang asongan bisa meraup untung dari berjualan.

“Karena kalau begini terus gimana bisa nafkahi anak dan istri,” kata Joko.

Lihat juga...