Pengamat: Sekolah Harus Ciptakan Kenyamanan Saat PTM Terbatas
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
BEKASI — Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas, telah digelar di berbagai daerah Indonesia. Tentunya tak sedikit dari peserta didik masih enggan kembali ke sekolah karena mereka telah nyaman atau kecanduan belajar dari rumah yang dilaksanakan setahun lebih.
Fenomena itu pasti terjadi, terutama dari anak sekolah dasar (SD) yang ketika masuk kelas 1, tapi tiba-tiba sekarang sudah kelas III. Selama sekolah daring banyak tugas sekolah yang dikerjakan orang tua di rumah. Alasannya karena banyak orang tua tidak mau ambil pusing atau repot, sehingga anak merasa segala sesuatu jadi mudah dengan sistem daring.
“Sekarang yang terjadi, kelas naik tapi kemampuan peserta didik tidak. Hal itu bisa terjadi metode pembelajaran atau orang tua yang mempermudah tugas anak ketika diberikan sekolah saat pembelajaran Daring. Setelah PTM Terbatas ini tentu akan menjadi beban bagi peserta didik ketika dihadapkan dengan belajar yang sebenarnya,”ungkap Adreas Tambah, Pengamat Pendidikan dari Komisi Nasional Pendidikan, kepada Cendana News, Kamis (9/9/2021).
Ia berharap sekolah bisa memahami kondisi yang terjadi sekarang, dengan tidak memaksa anak harus tancap gas belajar berbagai hal. Ini menurutnya tugas berat orang tua dan guru tentunya setelah setahun lebih tidak pernah sekolah tatap muka.
Enggannya peserta didik kembali ke sekolah jelasnya akibat kecanduan di rumah, kenapa? karena selama belajar daring tentu tidak sedikit orang tua ambil pusing atau tidak ingin direpotkan dengan memberi kemudahan seperti banyak tugas dari sekolah dikerjakan orang tua.
“Pertama kemudahan diberikan kalo ada tugas bisa dicari di google, tidak ada di google bisa tanya anggota keluarga atau orang tua ternyata banyak pekerjaan anak yang dikerjakan oleh orang tua selama daring,” papar Andreas.